Kuasai Pasar, Tapi Produktivitas Sawit RI Rendah, Kenapa?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
30 June 2021 15:55
Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi sawit RI menguasai pasar internasional, bahkan mencapai 55% pasar dunia. Komoditas ini juga berkontribusi terhadap perekonomian nasional, yakni berkontribusi 3,5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Raden Pardede.

"Indonesia merupakan produsen minyak sawit utama dan kuasai 55% pangsa pasar dunia dan komoditas ini berkontribusi 3,5% PDB," ungkapnya dalam diskusi daring Tempo bertema 'PSR & Peningkatan Industri Sawit Nasional', Rabu (30/06/2021).

Selain itu, lanjutnya, sawit juga menjadi kontributor terbesar pada total ekspor non migas 13% dengan memanfaatkan tidak lebih dari 10% total global land bank untuk minyak nabati.

"Industri sawit nasional berkontribusi tekan kemiskinan dan ciptakan lapangan kerja 16 juta dengan multiplier effect besar," ungkapnya.

Meski jadi pemain besar dunia, produktivitas sawit RI menurutnya masih perlu didorong agar tiap hektarnya makin banyak sawit yang dihasilkan. Saat ini produktivitas sawit RI masih kurang dari 3-4 ton per hektare.

Oleh karena itu, dia mengatakan, pemerintah terus mendorong program peremajaan sawit rakyat (PSR) dengan cara menanam ulang sawit dengan menggunakan bibit yang unggul. Dengan demikian, produktivitas sawit bisa dinaikkan lagi.

"Pemerintah commit replanting 180.000 hektar tahun 2021 ini. Tujuannya agar kelapa sawit yang produksinya kurang dari 3-4 ton per hektare karena umur tanaman sudah tua bisa dinaikkan lagi produktivitasnya lewat peremajaan dengan bibit unggul," jelasnya.

Dia mengatakan, peremajaan sawit harus dilakukan dengan kerja sama dengan semua pihak, sehingga bisa mendorong pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, dan bisa menciptakan lapangan kerja dan devisa.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan, melalui penanaman ulang ini perkebunan sawit akan dikelola dengan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

"Kelola ke arah sustainability kebun yang bisa penuhi prinsip ramah lingkungan," paparnya.

Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian, pun mengakui bahwa produktivitas sawit masih rendah, yakni 2-3 ton per hektare.

"Bicara perkebunan sawit, secara produktivitas masih rendah 2-3 ton per hektare," ujarnya.

Oleh karena itu, menurutnya peremajaan sawit rakyat (PSR) akan terus diupayakan digenjot agar produktivitas sawit meningkat.

Namun demikian, dia mengaku masih banyak kendala di lapangan, termasuk legalitas lahan, termasuk adanya masalah tumpang tindih lahan.

"PSR ini yang perlu didorong lebih lanjut bagaimana percepat realisasi tanam, kita danai mereka untuk replanting, terbangunnya kebun dengan bibit unggul," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Janji Tanam Ulang Pohon Sawit 180.000 Hektare 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular