Punya 'Harta Karun' Energi Melimpah, RI Harusnya Kaya Raya

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
25 June 2021 17:07
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)
Foto: Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). (CNBC Indonesia/ Andrean Krtistianto)

Energi Surya

Selain energi fosil, Indonesia juga dikaruniai 'harta karun' di sektor energi baru terbarukan (EBT), mulai dari potensi energi surya hingga panas bumi atau geothermal.

Untuk potensi energi surya, Indonesia dianugerahi potensi yang tak main-main, yakni mencapai sebesar 207,8 Giga Watt (GW).

Namun sayangnya, pemanfaatannya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) baru 153,8 Megawatt (MW) atau hanya 0,07% alias kurang 1% dari potensi yang ada.

Chrisnawan Anditya, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (25/06/2021) mengatakan meski pemanfaatan belum maksimal tapi mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Pada 2015 pemanfaatan baru 33,4 MW dan sampai akhir tahun 2020 sudah mencapai 153,8 MW.

"Dari potensi sebesar 207,8 GW ini, kapasitas terpasang yang dimanfaatkan baru 153,8 MW, jadi baru 0,07%, kurang 1% dari potensi yang dimiliki," ungkapnya.


Panas Bumi

Sementara untuk sumber daya panas bumi atau geothermal, Indonesia bahkan menduduki posisi kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Namun, sama seperti tenaga surya, pemanfaatan panas bumi juga belum optimal.

Dari sumber daya panas bumi sebesar 23.965,5 Mega Watt (MW), pemanfaatannya untuk Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) hingga 2020 baru mencapai 2.130,7 MW atau 8,9% dari total sumber daya yang ada.

Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Harris mengatakan, demi menekan harga listrik panas bumi yang masih mahal, pemerintah akan turut ambil peran dalam mengebor sumur eksplorasi panas bumi.

Dia mengatakan, harga listrik panas bumi saat ini masih berada di posisi belasan sen dolar per kWh, jauh lebih mahal jika dibandingkan pembangkit EBT lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang saat ini berkisar 3,6-3,7 sen dolar per kWh.

"Panas bumi belum bisa ke situ (3-4 sen dolar per kWh), target kita di bawah 10 sen dolar, yakni 7-8 sen dolar per kWh," ungkapnya dalam diskusi Indonesian Geothermal Power Forum, Jumat (21/05/2021).

(wia)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular