
Fakta Tsunami Covid-19 Mereda di India: Lockdown Berhasil!

Jakarta, CNBC Indonesia - India beberapa bulan lalu mengalami sebuah gelombang tsunami Covid-19 yang sangat signifikan. Kenaikan kasus harian di negara itu mencapai 400 ribu perhari sempat membuat fasilitas kesehatan di negara itu lumpuh total dengan pasien yang sekarat menunggu tabung oksigen dan tempat tidur yang semakin menipis.
Namun saat ini Negeri Bollywood itu sudah mulai mampu mengendalikan laju gelombang infeksi. Pada Kamis (24/6/2021) India hanya melaporkan 54 ribu kasus harian Covid-19 atau delapan kali lebih rendah daripada masa tsunami infeksi bulan lalu.
Di sisi lain, akhir-akhir ini kasus Covid-19 di Indonesia semakin menanjak dan terus mencetak rekor. Kini total kasus di tanah air mencapai 2 juta kasus dengan beberapa wilayah seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta masih menjadi pusat penyebaran virus.
Selain itu penambahan per hari juga tercatat di atas level 13 ribu dalam sepekan terakhir. Bahkan beberapa penambahan ini dilaporkan menularkan virus corona varian Delta yang juga muncul di India pada tsunami infeksi bulan lalu. Varian ini dianggap lebih menular dan berbahaya dibanding virus Covid-19 biasa.
Lalu apa sebenarnya langkah-langkah yang diambil India dan mungkin dapat ditiru oleh Indonesia ?
Melihat langkah-langkah yang dilakukan pemerintah India, ada beberapa hal yang sebenarnya patut dicontoh oleh Indonesia mengingat kepadatan dan jumlah penduduk yang sama-sama cukup besar.
Dilansir CNBC Indonesia dari beberapa sumber, India melakukan penguncian ketat atau PSHM (public health social measure) di beberapa kota yang sangat parah diterjang pandemi. Tercatat India menutup beberapa kota besar seperti Mumbai dan New Delhi untuk mencegah penyebaran.
Lockdown ini pun nyatanya juga didukung oleh kelompok usaha yang juga sadar bahwa usahanya akan terdampak bila hal ini dilakukan. Uday Kodak yang merupakan pemilik Kodak Mahindra Bank itu menyerukan peningkatan tindakan penguncian di India dan mendesak "langkah nasional terkuat, termasuk membatasi aktivitas ekonomi." Ia menganggap gelombang itu sudah sangat mengerikan dan justru masyarakat akan jauh lebih menderita bila tsunami infeksi terus bergulir.
![]() |
"Pada saat kritis ini ketika (jumlah) korban nyawa meningkat ... melindungi nyawa adalah prioritas utama dan langkah-langkah respons maksimal nasional pada tingkat tertinggi (harus) diminta untuk memutus jalur transmisi," ujarnya.
Selain lockdown ketat, beberapa negara bagian India yang memiliki tingkat kasus tidak terlalu tinggi melakukan penguncian parsial untuk melindungi warganya
Tak hanya itu, India menaikan kapasitas jumlah testing perharinya untuk mendeteksi virus sedini mungkin. Dalam program PHSM, India bahkan mencapai 2,5 juta testing perharinya.
Langkah ini nyatanya ampuh dalam menurunkan angka infeksi. Hal ini dikonfirmasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya.
"Menggunakan PHSM, India dapat dengan cepat mengontrol penularan dari kasus insiden, dari lebih 290 per minggu per 100.000 penduduk pada awal Mei hingga kurang dari 30 pada 21 Juni. PHSM harus dilaksanakan dengan intensitas yang lebih besar untuk mengatasi varian delta," lapor badan PBB itu.
WHO sendiri telah meminta Indonesia untuk melakukan PSBB yang ketat. Pasalnya WHO secara spesifik menyebut keadaan Covid Indonesia cukup mengkhawatirkan.
"Dengan meningkatnya penularan karena varian kekhawatiran, diperlukan tindakan segera untuk mengatasi situasi di banyak provinsi," tulis laporan badan kesehatan yang berpusat di Jenewa itu.
"Indonesia memerlukan penerapan kesehatan masyarakat yang lebih ketat dan langkah-langkah sosial termasuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB)."
Permintaan WHO ini bukan tanpa alasan. Organisasi yang berbasis di Swiss itu menyebut ada beberapa hal yang membuat Indonesia perlu melaksanakan PSBB ketat secepatnya.
"Satgas melaporkan, tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di beberapa provinsi di Jawa sudah mencapai lebih dari 50%, antara lain di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah."
Selain itu, badan yang berbasis di Swiss itu juga menyebut bahwa kenaikan infeksi yang signifikan juga terjadi di beberapa provinsi dari April hingga pertengahan Juni.
"Provinsi yang mengalami peningkatan jumlah kasus mingguan lebih dari 50% dibandingkan minggu sebelumnya adalah Papua (967%), Sulawesi Tenggara (205%), DKI Jakarta (123%), Sulawesi Selatan (82%), Maluku (81%), Maluku Utara (81%), Jawa Tengah (73%), Gorontalo (62 %), Banten (61%), DI Yogyakarta (61%), Jambi (58%), dan Jawa Timur (52%)."
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gawat! India Diminta Lockdown, Kasus Baru Tembus 402.000