Lockdown 1 Daerah Butuh Rp 550 M/Hari, Biayanya Buat Apa?

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 June 2021 13:05
Infografis: Ekonomi Terancam Luar Dalam, Apa yang Harus Dilakukan Jokowi?
Foto: Infografis/Ekonomi Terancam Luar Dalam, Apa yang Harus Dilakukan Jokowi?/Arie Pratama

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus positif Covid-19 terus menanjak pasca Lebaran. Pada Selasa (22/06/2021) kasus Covid-19 bertambah 13.668 orang, sehingga totalnya menjadi 2,018 juta orang.

Dalam penanganannya, pemerintah memilih pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro namun lebih ketat dari biasanya. Salah satu poinnya mewajibkan para pekerja bekerja dari rumah sebanyak 75% untuk zona merah, dan 50% untuk di luar zona merah.

Kebijakan itu mendapat kritik dari banyak pihak. Wacana lockdown kembali dikemukakan ketimbang pilihan pemerintah yang dianggap tidak akan sanggup menangani penyebaran covid. Apalagi varian baru terbukti lebih ganas.

Pada tahun lalu, saat covid baru tiba di tanah air, pemerintah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat yaitu PSBB. Dalam teorinya, kebijakan tersebut hampir mendekati lockdown sebab mobilitas penduduk sangat terbatas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat memikirkan lockdown seperti halnya banyak negara lain. Namun saat dibahas dengan jajaran menteri, hitungannya tidak cocok, baik dalam penghentian penyebaran covid hingga keuangan negara.

"Untuk Jakarta saja, pernah kami hitung-hitungan per hari membutuhkan Rp 550 miliar. Hanya Jakarta saja. Kalau Jabodetabek tiga kali lipat. Itu per hari," kata Jokowi saat itu.

Dana yang dimiliki pemerintah tahun lalu sekitar Rp 2.500 triliun. Sehingga Jokowi merasa negara mampu mengeluarkan dana bila pilihannya lockdown. Akan tetapi, karena efektivitasnya rendah, maka mengeluarkan dana sebesar itu dianggap sia-sia.

"Jadi dalam memutuskan setiap negara itu beda-beda. Karena karakternya beda, tingkat kesejahteraannya beda, tingkat pendidikan beda, tingkat kedisiplinan berbeda, geografis berbeda, kemampuan fiskal berbeda. Nggak bisa kita disuruh meniru negara lain," kata Jokowi kala itu.

Halaman Selanjutnya >>>>> Rp 550 Miliar Buat Apa Saja?

Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede sebelumnya telah angkat bicara perihal apakah Indonesia memerlukan karantina wilayah jika terjadi peningkatan kasus yang signifikan.

"Tentu kita bisa lakukan itu secara khusus ke daerah-daerah tertentu yang kita lihat berdasarkan data mengkhawatirkan. Itu bisa kita lakukan. Tapi secara negara tidak," kata Raden.

Sejauh ini, memang ada sejumlah negara yang sudah cukup sukses menekan kasus Covid-19 dengan menerapkan lockdown. Misalnya, seperti Malaysia dan Singapura. Namun, Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara-negara tersebut.

"Kita enggak bisa bandingkan Malaysia dan Singapura yang penduduknya relatif kecil. Jadi kalau sebutkan negara, kalau daerah kabupaten tertentu sangat memungkinkan," katanya.,

Jika lockdown diberlakukan, memang praktis ekonomi bakal mati suri. Hal ini sudah terjadi pada awal kuartal kedua tahun lalu, di mana kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat produk domestik bruto (PDB) tumbuh -5,32% terendah sejak kuartal I-1999.

Biaya yang dikeluarkan pemerintah pun tidak sedikit lantaran tidak ada aktivitas perekonomian. Saat roda perekonomian macet, pemerintah yang harus turun tangan memberikan bantuan.

Bukan tidak mungkin, pemerintah harus mengganti biaya bagi masyarakat yang berdiam diri di rumah karena lockdown karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi.

Selain itu, pemerintah juga perlu memastikan distribusi bahan pokok sampai tepat tujuan ke tiap-tiap rumah. Hal tersebut, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit mengingat jumlah penduduk Indonesia.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular