Hasil Audit BPK: Belanja Jokowi 2020 Rp 2.500T, Defisit 6,14%

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
22 June 2021 13:45
Presiden Joko Widodo membuka secara virtual Pesta Kesenian Bali ke-43
Foto: Presiden Joko Widodo membuka secara virtual Pesta Kesenian Bali ke-43

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menyampaikan laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) Tahun 2020 dalam Rapat Paripurna DPR, Selasa (22/6/2021). Salah satu hasilnya adalah, defisit APBN 2020 sebesar 6,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit APBN 2020 dari hasil audit BPK tersebut melebar dari realisasi sementara yang sebelumnya telah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada publik, yakni sebesar 6,09% dari PDB.

"Defisit anggaran tahun 2020 dilaporkan sebesar Rp 947,70 triliun atau 6,14% dari PDB," jelas Ketua BPK Agung Firman Sampurna.

Secara rinci, realisasi pendapatan negara dan hibah di tahun lalu sebesar Rp 1.647,78 triliun atau mencapai 96,93% dari pagu anggaran. Terdiri dari realisasi penerimaan perpajakan yang sebesar Rp 1.285,14 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp 343,81 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp 18,83 triliun.

Penerimaan perpajakan sebagai sumber utama pendanaan APBN hanya mencapai 91,5% dari anggaran atau turun sebesar 16,88% dibandingkan dengan 2019.

Sementara itu, realisasi belanja negara tahun lalu sebesar Rp 2.595,48 triliun atau mencapai 94,75% dari pagu anggaran, yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp 1.832,95 triliun, transfer ke daerah sebesar Rp 691,43 triliun, dan dana desa sebesar Rp 71,10 triliun.

BPK juga menemukan bahwa realisasi pembiayaan di tahun lalu telah melebihi nilai defisitnya.

"Realisasi pembiayaan tahun 2020 mencapai Rp 1.193,29 triliun atau sebesar 125,91% dari nilai defisitnya. Sehingga terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 245,59 triliun," jelas Agung

"Realisasi pembiayaan tersebut terutama diperoleh dari penerbitan Surat Berharga Negara, Pinjaman Dalam Negeri, dan Pembiayaan Luar Negeri sebesar Rp 1.225,99 triliun, yang berarti pengadaan utang tahun 2020 melebihi kebutuhan pembiayaan untuk menutup defisit," kata Agung melanjutkan.

Lebih lanjut, Agung mengatakan bahwa secara akrual laporan operasional (LO) tahun 2020 menunjukkan nilai pendapatan operasional sebesar Rp 1.783,9 triliun, beban operasional sebesar Rp 2.601,11 triliun, defisit dari kegiatan operasional sebesar Rp 817,92 triliun. Kemudian, defisit dari kegiatan non operasional sebesar Rp 54,7 triliun, dan defisit LO sebesar Rp 872,62 triliun.

"Dibandingkan dengan tahun 2019, pendapatan operasional mengalami penurunan 17,80% dan beban operasional mengalami peningkatan 7,36% sehingga defisit LO mengalami kenaikan sebanyak 250,13%," jelas Agung.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kesehatan Dipangkas, Pertahanan Digas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular