
Menyambung Hidup, Hotel yang Bertahan Banting Harga!

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat okupansi hotel kerap masih rendah setelah libur panjang lebaran kemarin. Kondisinya hotel tengah melakukan perang tarif dengan diskon harga untuk menarik pengunjung.
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan tarif kamar hotel saat ini sudah turun 30%-40%. Perang tarif yang dirugikan adalah hotel-hotel kecil seperti bintang tiga ke bawah.
"Karena hotel yang kualitasnya di atas menurunkan harga. Memang secara nasional kondisinya seperti ini semua industri dalam rangka bertahan gimana menekan harga," kata Maulana, kepada CNBC Indonesia, Senin (21/6/2021).
Hotel tidak mencari untung pada kondisi saat ini, hanya menarik wisatawan untuk menutup biaya operasional harian. Dengan budget modal yang terbatas hotel harus me-review operasional secara bulanan.
"2021 ini perjuangan gimana bisa mempertahankan aset hotel, gambaran tahun ini optimis sebenarnya masih berat, malahan 2021 makin berat karena cadangan cash yang dimiliki sudah terpakai dari tahun 2020 lalu," Jelasnya.
Menurut Maulana saat ini ada bantuan pembiayaan dari pemerintah, dalam konteks bantuan untuk industri pariwisata. Tapi masih sulit didapatkan dan jumlahnya cenderung kecil sehingga masih berat untuk menopang operasional hotel.
"Ada insentif pariwisata hampir sama dengan hibah, tapi untuk dapatkan hal itu bukan hal mudah, karena ada pertanyaan yang konteksnya membingungkan. Misalnya semua hotel dan restoran butuh bantuan pembiayaan untuk bertahan. Bantuan ini konteksnya dua untuk yang bertahan itu kecil Cuma Rp 20 juta, sementara untuk pengembangan bisnis Rp 200 juta," katanya.
"Ini gimana kita bagaimana mau bicara pengembangan, itu nanti setelah masa recovery setelah ekonomi stabil, sekarang kan kita bertahan dapat menutup capex. Angka Rp 20 juta itu kecil," katanya.
Sementara bicara proyeksi, pelaku usaha hotel sulit untuk memberikan prediksi bisnisnya. Karena masih ada kebijakan 'rem dan gas' yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti saat ini yang dilakukan dengan aturan baru pengetatan kebijakan PPKM Mikro.
Selain itu ada perubahan tren bepergian masyarakat, yang banyak menggunakan kendaraan pribadi ketimbang transportasi umum.
"Proyeksi biasanya dilihat dari angka pemesanan tiket pesawat. Sekarang banyak yang naik dan melakukan reservasi secara last minutes karena suplai banyak," katanya.
Menuju penghujung bulan Juni seharusnya menurut Maulana seharusnya tren okupansi hotel bisa naik menjadi 50% - 60% saat sebelum pandemi. Karena banyaknya acara dari MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) pemerintahan dan perusahaan, juga dari liburan anak sekolah.
"Tapi kondisi sekarang sulit, bahkan ada pengetatan lagi. Biasanya semester 2 sampai minggu ketiga Desember itu momentum okupansi bisa 50% - 60% dari MICE, dan pertemuan pemerintah atau perusahaan," katanya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Help! Pengusaha Hotel Makin Parah, Bisnis Berdarah-Darah