Bos BNI Buka-bukaan Strategi Bisnis di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung sejak tahun lalu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masih tetap optimis dengan bisnisnya. Bahkan perusahaan tetap melakukan ekspansi kredit dengan melakukan perbaikan dari sisi internal perusahaan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan setidaknya terdapat enam strategi yang dilakukan perusahaan untuk tetap ekspansif di tahun ini. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas kredit melalui perbaikan manajemen risiko.
"Kita juga meningkatkan kemampuan digital kita untuk memenuhi kebutuhan nasabah. Ketiga kita ekspansi bisnis terus, jadi kita tidak ada stop kredit, Pak, tetap ekspansi," kata Royke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (17/6/2021).
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh BNI adalah mendorong peningkatan CASA dan fee base income dengan meningkatkan jumlah transaksi nasabah.
Kemudian, sesuai dengan arahan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), BNI terus mengoptimalkan jaringan bisnis internasional dengan melakukan partnership dengan pihak bank koresponden.
Terakhir adalah optimalisasi kontribusi kinerja anak usaha, dengan melakukan perubahan bisnis model.
"Paling terakhir paling penting adalah perubahan di human capital. Jadi human capital ini salah satu yang dilakukan transformasi untuk meningkatkan kapabilitas dari karyawan kita," tandasnya.
Sebelumnya Royke menyampaikan sudah melakukan restrukturisasi kredit Rp 123 triliun sejak Maret 2020 hingga Mei 2021. Nilai kredit tersebut berasal dari 187.726 nasabah BNI yang disetujui untuk mendapatkan relaksasi ini.
Dia mengatakan restrukturisasi kredit ini dinilai memberikan dampak positif pada keberlangsungan bisnis para debiturnya. Hal ini tercermin dari terus menurunnya outstanding nilai restrukturisasi hingga posisi Mei 2021 ini.
"Pada posisi Mei 2021 outstanding restrukturisasi turun sekarang sudah mencapai Rp 82 triliun," kata Royke.
Dari sektor UMKM, nilai kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 35,39 triliun kepada 112.881 debitur. Sedangkan nilai outstanding kredit saat ini sebesar Rp 21,12 triliun.
Sedangkan untuk non UMKM, nilai restrukturisasinya mencapai Rp 87,68 triliun kepada 74 ribu debitur. Nilai outstanding kredit yang masih dalam proses restrukturisasi saat ini mencapai Rp 61,1 triliun.
"Jadi trennya mulai membaik," imbuh dia.
Dari debitur yang masih dalam proses restrukturisasi saat ini didominasi oleh sektor perhotelan, perdagangan dan restoran sebesar 27,3%. Ketiga sektor ini disebutkan merupakan sektor yang paling terdampak Covid-19.
kemudian disusul sektor konstruksi dengan porsi 14,9% disebabkan karena melambatnya pertumbuhan proyek di tengah pandemi, sehingga sektor ini mengalami penurunan kemampuan bayar dan membutuhkan treatment restrukturisasi.
Sektor jasa yang juga masuk dalam kategori banyak mendapatkan restrukturisasi dengan porsi 12,3% sebagai imbas dari penurunan omset.
"BNI mencatat beberapa debitur dari sektor perantara keuangan, pertambangan, penggalian sudah mulai pulih dari pandemi. Sedangkan sektor konstruksi, listrik, gas, air, akomodasi, makanan minuman, perdagangan serta pertanian masih dalam proses pemulihan," jelasnya
Sedangkan sektor yang masih belum pulih saat ini adalah sektor jasa, transportasi, perhotelan dan pergudangan.
[Gambas:Video CNBC]
Millenial Smartfarming di Bali Cetak Petani Kapasitas Ekspor
(dob/dob)