
Harga Minyak Melejit, Setoran Hulu Migas Tembus Rp 78,2 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Penerimaan negara dari sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) hingga Mei 2021 tercatat mencapai US$ 5,5 miliar atau sekitar Rp 78,2 triliun.
Penerimaan negara ini mencapai 76,2% dari target setahun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang dipatok sebesar US$ 7,28 miliar.
Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Yunus mengatakan, besarnya penerimaan negara dari sektor hulu migas hingga Mei 2021 ini tak terlepas dari lonjakan harga minyak mentah dunia.
"Kita bersyukur karena harga minyak saat ini semakin meningkat, saat ini sekitar US$ 73 per barel, dan Indonesian Crude Price (ICP) sekitar US$ 68 per barel," tuturnya dalam keterangan resmi SKK Migas, Rabu (16/06/2021).
Untuk menjaga penerimaan negara tetap maksimal, SKK Migas meminta agar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera meningkatkan investasi, memanfaatkan harga minyak yang naik seperti saat ini. Selain itu, SKK Migas juga mengharapkan insentif hulu migas segera diberikan, sehingga momentum yang baik untuk meningkatkan investasi ini dapat dimaksimalkan.
"Kami berharap harga yang tinggi ini bisa mendorong KKKS meningkatkan kegiatan investasinya, antara lain dengan segera merealisasikan proyek-proyek yang sebelumnya ditinggalkan karena memiliki keekonomian pada harga US$ 50 atau US$ 60 per barel," tuturnya.
Taslim berharap, peningkatan kegiatan minimal akan tercermin dalam pembahasan-pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran (Work Program and Budget/ WP&B) yang akan segera dilakukan SKK Migas dengan KKKS pada Juli hingga September 2021.
"Pak Kepala sudah memberi arahan, kami akan segera mengirimkan surat edaran kepada KKKS agar mereka segera meningkatkan investasi pada 2022. Syukur kalau kegiatan bisa ditingkatkan mulai 2021 ini," tambahnya.
Agar momentum ini menghasilkan peningkatan investasi yang maksimal, pihaknya berharap agar permohonan insentif hulu migas juga disetujui pemerintah, sehingga momentum yang baik ini akan semakin dimaksimalkan.
Permohonan ini tetap dibutuhkan kendati harga minyak meningkat, karena insentif dibutuhkan lebih kepada usaha-usaha meningkat iklim investasi migas yang lebih menarik dan kompetitif.
Berdasarkan data SKK Migas per Mei 2021, lifting minyak sebesar 662,6 ribu barel per hari (bph) atau 94% dari target APBN, sedangkan lifting gas sebesar 5.379 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 95,4% dari target APBN.
Menurutnya, dibutuhkan tambahan investasi yang cukup besar untuk membuat lifting tahun 2022 minimal sama dengan tahun 2021.
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak tahun 2020 menurunkan realisasi investasi di sektor hulu migas di seluruh dunia sekitar 30%. Tantangan investasi hulu migas semakin meningkat karena adanya kampanye dunia untuk mengalihkan investasi ke sektor energi terbarukan.
Tantangan serupa juga terjadi di Indonesia. Per Mei 2021, capaian realisasi investasi mencapai US$ 3,93 miliar atau sekitar 31,7% dari target.
"Dengan membaiknya harga minyak, kami berharap situasi membaik karena dari sisi potensi, Indonesia masih menjanjikan. Sebagai bukti, kita masih menyaksikan temuan yang cukup menggembirakan di pemboran sumur Maha di Perairan Makassar, juga adanya temuan tambahan cadangan di Lapangan Banyu Urip yang double dari perkiraan sebelumnya. Semoga usaha bersama ini dapat meningkatkan kegiatan produksi di Tanah Air," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas
