Neraca Dagang Surplus, Cukup Angkat RI dari Jurang Resesi?

News - Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
15 June 2021 19:14
Badan Pusat Statistik (BPS). Foto: Badan Pusat Statistik (BPS).

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan neraca perdagangan yang sudah surplus lima kali berturut-turut diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi masuk ke zona positif pada Kuartal II-2021.

Kendati demikian, masih ada risiko yang harus diantisipasi oleh Indonesia dan negara lainnya, yakni adanya lonjakan kasus Covid-19.

"Masih ada risiko besar untuk perekonomian Indonesia dan negara lain, mengenai pandemi. Tren jumlah pandemi meningkat," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers, Selasa (15/6/2021).

Suhariyanto menuturkan kontribusi ekspor impor pada Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 19% hingga 21%. Dengan demikian, apabila kinerja ekspor dan impor yang bagus tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Seperti diketahui, pada Mei 2021 neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 2,36 miliar.

"Kalau nanti ditambah dengan performa konsumsi pemerintah, investasi, dan konsumsi rumah tangga, saya yakin ekonomi Indonesia di kuartal II 2021 akan masuk ke zona positif," ujarnya.

Dilihat lebih rinci lagi, kinerja ekspor pada Mei 2021 turun 10,25% secara bulanan dari US$ 18,49 miliar pada April 2021 menjadi US$ 16,6 miliar. Penurunan tersebut terjadi, kata Suhariyanto karena faktor musiman dan meminta publik untuk khawatir. Karena secara tahunan ekspor tetap meningkat signifikan, yakni naik 58,76% dari Mei 2020 yang sebesar US$ 10,45 miliar.

Dari sisi impor, ia menuturkan impor sepanjang Januari-Mei 2021 mencapai US$73,82 miliar atau naik 22,74% dari US$ 60,15 miliar pada Januari-Mei 2020. Adapun secara bulanan turun 12,16% dari US$ 16,20 miliar pada April 2021 menjadi US$ 14,23 miliar pada Mei 2021.

Suhariyanto menjelaskan impor bahan baku/penolong dan barang modal naik pada Mei ini secara tahunan, yakni masing-masing 79,11% dan 35,28%. Kenaikan impor tersebut menandakan geliat industri manufaktur di Indonesia mulai bangkit.

"Ini menunjukkan bahwa bergeraknya manufaktur di Indonesia didukung oleh bahan baku baik dari domestik maupun luar negeri. Demikian juga barang modal yang nanti akan pengaruh pada komponen PMTB atau investasi," katanya.

Pada Mei 2021, Indonesia mengalami surplus dagang terhadap AS sebesar US$1,08 miliar, Filipina US$539,2 juta dan Malaysia US$444,2 juta.

Sebaliknya, perdagangan Indonesia mengalami defisit terhadap China senilai US$512,5 juta, Australia US$332,6 juta, dan Korea Selatan US$185,5 juta.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Tantangan Pemda, Inflasi Hingga Penghapusan Honorer


(mij/mij)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading