
AS Setujui Bahan Bakar Ini untuk Reaktor Nuklir Terbaru

Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator tenaga nuklir Amerika Serikat (AS) sudah menyetujui produksi bahan bakar uranium yang telah diperkaya untuk reaktor nuklir generasi selanjutnya.
Mengutip Reuters, Selasa (15/06/2021), bahan bakar ini dikenal sebagai 'high-assay, low-enriched uranium' (HALEU).
Namun, keputusan ini tak sepenuhnya didukung oleh semua pihak. Para ahli non-proliferasi ini mengkhawatirkan penggunaan bahan bakar ini. Mereka berpandangan jika bahan bakar ini lebih mudah diubah menjadi bahan fisil, komponen kunci senjata nuklir daripada bahan bakar reaktor konvensional.
Centrus Energy Corp mengatakan Komisi Regulator Nuklir (Nuclear Regulatory Commission/ NRC) menyetujui permintaan perusahaan untuk memproduksi HALEU di pabrik Piketon, Ohio. Produksi bahan bakar ini diharapkan bisa didemonstrasikan pada tahun depan.
Centrus Energy, perusahaan AS yang memasok bahan bakar nuklir tersebut, menyebut persetujuan ini menjadi tonggak utama pihaknya dalam berkontrak dengan Departemen Energi.
"Persetujuan ini merupakan tonggak utama dalam kontrak kami dengan Departemen Energi," kata Daniel Poneman, Presiden dan CEO Centrus, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/06/2021).
Berdasarkan kontrak tahun 2019 dengan Departemen Energi, Centrus sedang membangun sentrifugal AC100M untuk mendemonstrasikan produksi HALEU. Nilai kontraknya mencapai US$ 115 juta, apabila berlangsung sampai 2022.
Menurut Centrus, HALEU menawarkan keuntungan untuk reaktor yang ada dan reaktor generasi berikutnya, termasuk densitas daya yang lebih besar, peningkatan kinerja reaktor, pemadaman pengisian bahan bakar yang lebih sedikit, peningkatan ketahanan proliferasi, dan volume limbah yang lebih kecil.
Bahan bakar akan diizinkan untuk diperkaya menjadi 5% hingga 20% uranium-235. Itu kurang dari tingkat pengayaan sekitar 90% yang digunakan dalam senjata nuklir.
Tetapi jauh lebih tinggi daripada bahan bakar yang digunakan dalam reaktor nuklir konvensional, yang diperkaya sekitar 3% hingga 5%.
Pakar non-proliferasi menyuarakan keprihatinan tentang sinyal persetujuan yang dikirim ke negara lain, terutama karena AS berusaha menghentikan Iran untuk memperkaya 20% uranium.
Edwin Lyman, Direktur Keselamatan Tenaga Nuklir di Union of Concerned Scientists, menyebut pihaknya khawatir pembangunan reaktor canggih dan siklus yang membutuhkan HALEU dalam jumlah besar.
"Tanpa evaluasi penuh atas konsekuensi proliferasi dan terorisme nuklir," ungkapnya.
Sementara itu, seorang juru bicara Centrus mengatakan Amerika Serikat selalu menuntut kepatuhan terhadap standar tertinggi untuk keselamatan, keamanan, dan non-proliferasi.
"Untuk negara mana pun yang membeli bahan bakar kami, itulah sebabnya sangat penting bahwa Amerika tidak menyerahkan pasar ini kepada orang lain," tuturnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Diam-Diam Ada Pengusaha Asing Siap Bangun 'Nuklir' di RI lho
