Corona di Kudus Ngamuk, Kegiatan Pabrik-Pabrik Ambruk!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 June 2021 15:57
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu gunung di workshop sepatu gunung mokzhaware di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (7/6/2021). Bahan yang digunakan terbuat dari bahan baku kulit Nubuck. Dalam sehari pabrik ini bisa memproduksi 50 pasang sepatu. Usmar Ismail (42) mendirikan sebuah brand lokal di bidang fashion sepatu sekitar tahun 2016 lalu. Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan para pengusaha untuk bisa bertahan di tengah pandemi covid-19, yang pertama adalah terus melakukan inovasi dan tanggap terhadap kebutuhan market online," jelasnya Usmar Ismail. Kedua, pengusaha harus mengetahui dan menguasai nilai keunikan dari produk yang dikeluarkan. Jika hal itu sudah menyatu dengan konsumen, otomatis hal ini menjadi identitas dari brand yang dikembangkan. Dan terakhir, penjual harus cekatan dalam menangani keluhan dari para pelanggan. Hal ini akan memiliki nilai baik untuk meningkatkan loyalitas terhadap suatu produk. Saat ini, usahanya terus berkembang dan membuatnya merekrut banyak pegawai. Saat ini jumlah pegawainya sudah lebih dari 30 orang. Sebelumnya, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mendata peredaran alas kaki di pasar ritel berada di posisi 50-75 persen menuju kondisi prapandemi Covid-19. Namun, utilisasi industri alas kaki nasional masih berada di bawah level 40 persen. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pembuatan Sepatu. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lonjakan kasus Covid-19 di Kabupaten Kudus nyatanya berdampak luas pada kegiatan industri manufaktur yang menurun sampai 20%. Sejumlah pabrikan sepatu harus terkena dampak penurunan tingkat produksi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengungkapkan bahwa banyak karyawan pabrik yang mengajukan izin sehingga aktivitas produksi tidak bisa berjalan normal.

"Kudus peningkatan Covid-19 luar biasa. Ada pabrik di sekitar Kudus seperti Pati, Rembang dan Jepara. Kita sudah berimbas dari peningkatan Covid-19, kemudian produktivitas menurun sampai 20%. Dari peningkatan Covid-19, sebagian nggak masuk karena isolasi mandiri, angkanya signifikan sampai 18%-20% tingkat absensi," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (14/6/21).

Padahal, beberapa pabrik di wilayah itu merupakan relokasi dari kawasan Banten dan Jabodetabek. Meski tergolong baru pindah, namun hadangan aktivitas produksi sudah ada di depan mata. Di sisi lain, permintaan ekspor sepatu tetap tinggi, terlihat dari pertumbuhannya yang mencapai 8,7% di tahun 2020 lalu.

Demi menghindari penurunan produksi, industri alas kaki meminta bantuan Pemerintah dalam prioritas proses vaksinasi. Apalagi jumlah pekerjanya juga tidak sedikit, sekitar 30 ribu tenaga kerja.

"Kita industri padat karya, satu ruangan bisa ratusan atau ribuan pekerja. peningkatan Covid-19 di Jateng, khususnya di Kudus dan 8 daerah merah seperti Kudus, Pati, Rembang, Brebes merupakan daerah sentra industri, harapannya bisa dibantu dari Pemerintah vaksinasi karyawan kita terutama daerah krusial ini," kata Firman.

Peningkatan kasus ini menjadi kekhawatiran banyak pihak. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengingatkan wilayah sekitar untuk berhati-hati.

"Yang Brebes itu sudah menularkan Kabupaten Tegal, terus kemudian yang Kudus ternyata merembet juga. Yang Kudus ini merembetnya satu kelompok, jadi nampaknya kok terkonfirmasi ya, Jepara, Pati Demak, Grobogan, sampai ke Sragen," kata Ganjar di kantornya, Semarang, beberapa waktu lalu dikutip dari detikcom.

"Artinya Rembang, Blora siap-siap. Kota Semarang, Boyolali siap-siap sampai nanti Solo, Karanganyar," imbuhnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Perhatian Jokowi, Begini Ngerinya Covid-19 di Kudus

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular