Internasional

Jurus Baru Negara Kaya 'Hancurkan' Hegemoni Jalur Sutra China

Tirta, CNBC Indonesia
14 June 2021 15:12
Para pengunjuk rasa mengenakan topeng yang menggambarkan para pemimpin G7 di pantai di Cornwall, Inggris. (AP/Jon Super)
Foto: Para pengunjuk rasa mengenakan topeng yang menggambarkan para pemimpin G7 di pantai di Cornwall, Inggris. (AP/Jon Super)

Akibat pandemi Covid-19, pendapatan negara dan sektor swasta negara-negara berkembang mengalami penurunan yang tajam. Hal ini berdampak pada kemampuan bayar kewajiban negara-negara tersebut kepada krediturnya. Salah satunya China lewat inisiatif BRI-nya. 

Akibat pandemi dan tekanan keuangan lainnya telah mengakibatkan sekitar US$ 94 miliar pinjaman Belt and Road harus dinegosiasikan ulang. Untuk memasukkan jumlah uang itu ke dalam konteks, nilai tersebut kira-kira setara dengan output PDB tahunan negara-negara seperti Kenya dan Sri Lanka, dan lebih dari output PDB Bulgaria, Myanmar atau Uzbekistan.

Penelitian dari Rhodium Group menunjukkan bahwa sekitar 15 negara sekarang mencoba untuk menegosiasikan kembali utang proyek BRI dengan Beijing, dengan yang diperkirakan mencapai US$ 28 miliar dari US$ 94 miliar masih harus ditangani.

Rhodium mengatakan sulit untuk menentukan angka secara tepat dan kemungkinan yang dilaporkan merupakan perkiraan yang lebih rendah karena negosiasi utang umumnya ditangani dengan sangat rahasia dan sulit untuk mendapatkan transparansinya.

Rhodium Research dikutip dari Silk & Road BriefingSumber: Rhodium Research dikutip dari Silk & Road Briefing

Namun jika melihat angka yang direstrukturisasi hanya US$ 21 miliar dari US$ 4 triliun maka risikonya sangatlah kecil bagi China. Artinya rasio utang bermasalahnya hanya 0,5% dari total. Bahkan dengan peningkatan restrukturisasi pinjaman di tahun ini pun risikonya masih sangat terkontrol bagi China. 

Hanya saja itu merupakan sudut pandang dari China. Jika diambil sudut pandangnya dari negara debitur tentu saja ini memberatkan. Sebab itu banyak juga yang kontra terhadap kerja sama dengan China melalui BRI karena hanya akan menimbulkan jebakan utang yang merugikan negara-negara debitur. 

Dari sisi politik internal dalam negeri negara debitur, proyek BRI sudah banyak mendapat penolakan. Di saat itulah B3W mencoba hadir. Namun apakah bisa menandingi BRI atau tidak harus diketahui juga berapa nilainya, alokasinya dan yang lebih penting adalah skenario kerja samanya seperti apa. 

(twg/sef)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular