
Genk Negara Tajir Bakal Bagi 1 Miliar Vaksin Covid, Gratis?

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin dari organisasi ekonomi antar pemerintah internasional Kelompok Tujuh (G7) telah menjanjikan sumbangan 1 miliar dosis vaksin virus corona kepada negara-negara miskin. Ini terungkap dalam pertemuan puncak yang dihadiri para pemimpin kelompok kaya tersebut Jumat (11/6/2021).
G7 merupakan kelompok yang terdiri dari negara-negara dengan ekonomi maju, yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Saat ini, semua pemimpin G7, termasuk Presiden AS Joe Biden, berada di Inggris untuk memperkuat kerja sama dan aliansi.
"Kami mendukung tujuan G7 untuk mengakhiri pandemi pada tahun 2022 dengan meningkatkan vaksinasi global," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang akan mewakili UE di G-7, dikutip Sabtu (12/6/2021).
Inggris mengatakan akan menyumbangkan setidaknya 100 juta surplus dosis vaksin virus corona dalam tahun depan pada Kamis. Awal pekan ini, AS juga mengatakan akan menyumbangkan 500 juta dosis suntikan Pfizer-BioNTech ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Sebelumnya G7 dikritik karena tidak berbagi lebih banyak vaksin dengan negara-negara yang memiliki sumber daya lebih sedikit. Sebagai contoh, AS membuat undang-undang yang menegaskan akan mengirim vaksin ke luar negeri hanya setelah tingkat vaksinasi yang memuaskan di dalam perbatasannya.
Hal serupa juga dilakukan negara Eropa, Inggris dan Uni Eropa. Akibatnya negara kaya mendapat kritik dari sejumlah kelompok internasional.
Namun, menurut pernyataan yang diterbitkan oleh pemerintah Inggris, setelah pertemuan ini, G7 sepakat ingin mengakhiri pandemi tahun depan dan akan meningkatkan kontribusi individu mereka. Namun belum diketahui bagaimana vaksin akan disalurkan apakah gratis atau melalui konsep pembiayaan tertentu, termasuk dengan COVAX yang dipimpin WHO.
Berbagi vaksin digambarkan sebagai satu-satunya cara untuk sepenuhnya mengakhiri pandemi. Apalagi saat ini virus corona sudah dapat bermutasi ke varian yang lebih menular dan terus menyebar ke seluruh dunia. Pada saat yang sama, aturan lockdown dan jarak sosial akan terus mengganggu perputaran ekonomi global.
Pakar kesehatan, kelompok hak asasi manusia dan badan amal medis internasional berpendapat sangat penting untuk segera mengatasi kelangkaan vaksin global di tengah pandemi. Ini untuk menghindari perpanjangan krisis kesehatan.
Kini, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, ada lebih dari 174 juta kasus Covid-19 sejak pandemi muncul pada awal 2020. Terdapat lebih dari 3,7 juta kematian di seluruh dunia.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article G7 Sepakat Pajak Minimum Perusahaan Global 15%
