
Kebakaran, Ini Fakta-Fakta Seputar Kilang Cilacap

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) kembali didera peristiwa buruk. Setelah Senin dini hari pada 29 Maret 2021 lalu mengalami insiden kebakaran Kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, kali ini pada Jumat malam sekitar pukul 19.45 WIB kebakaran terjadi di Kilang Cilacap di mana satu tangki penyimpanan berisi produk petrokimia, benzene, terbakar.
Berdasarkan keterangan resmi Pertamina, penyebab kebakaran Kilang Cilacap ini masih belum diketahui. Setelah melakukan upaya maksimal, Pertamina berhasil mengendalikan kebakaran yang terjadi pada salah satu tanki yang berisi benzene.
Hingga saat ini masih terus dilakukan upaya pemadaman sisa api di area bundwall. Upaya pendinginan juga masih terus dilakukan untuk mencegah api timbul kembali.
Pjs SVP Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, meski demikian, hingga saat ini perusahaan belum mematikan operasional Kilang Cilacap. Kilang Cilacap masih beroperasi normal.
"Tidak, masih beroperasi normal," ungkapnya saat ditanya apakah operasional kilang dihentikan, Jumat (11/06/2021).
Pertamina menyebut tangki yang terbakar yaitu tangki penyimpanan benzene, produk petrokimia, dari Unit Kilang Paraxylene Cilacap (KPC), Kilang Cilacap, bukan bagian dari Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC).
Perseroan pun memastikan pasokan BBM dan LPG untuk masyarakat tetap aman.
Untuk mengetahui lebih lanjut seputar Kilang Cilacap, berikut CNBC Indonesia rangkum fakta-fakta tentang Kilang Cilacap.
Fakta-fakta soal Kilang Cilacap:
Mengutip dari website PT Pertamina (Persero), Jumat (11/06/2021), disebutkan bahwa Kilang Cilacap merupakan salah satu dari tujuh unit pengolahan (termasuk kilang TPPI di Tuban, Jawa Timur) di Tanah Air dengan kapasitas terpasang pengolahan minyak mentah mencapai 348.000 barel per hari (bph).
Akan tetapi, berdasarkan keterangan dari Pertamina, kapasitas operasional pengolahan minyak mentah Kilang Cilacap saat ini hanya sekitar 270.000 bph. Kapasitas produksi Kilang Cilacap menjadi yang terbesar dan fasilitasnya paling lengkap.
"Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa," dikutip dari situs Pertamina.
Selain itu, kilang ini merupakan satu-satunya kilang di Tanah Air yang saat ini memproduksi aspal dan base oil untuk kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air.
Kilang milik PT Pertamina (Persero) di Cilacap ini terdiri dari :
Kilang Minyak I
Kilang minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 bph. Kilang Minyak I ini beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976.
Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998/1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui Debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 bph.
Kilang Minyak II
Kilang Minyak II dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal 200.000 bph.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan BBM yang meningkat kapasitasnya dinaikkan pada tahun 1998/1999 menjadi 230.000 bph.
Kilang Paraxylene
Kilang Paraxylene Cilacap dibangun tahun 1988 dan beroperasi setelah diresmikan oleh Presiden RI tanggal 20 Desember 1990. Kilang ini menghasilkan produk NBM dan Petrokimia.
Produksi yang dihasilkan :
- Aspal
- Heavy Aromate
- Lube Base Oil
- Low Sulphur Waxy Residue
- Minarex
- Paraffinic Oil
- Paraxylene
- Slack Wax
- Toluene
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kebakaran, Pertamina Sebut Kilang Cilacap Berjalan Normal
