
Ternyata Segini Harga Pasar Biodiesel Tanpa Subsidi

Jakarta, CNBC Indonesia - Program mandatori biodiesel yang berjalan saat ini baru sampai pada tahap biodiesel 30% atau B30. Ternyata, harga keekonomian B30 ini jauh di atas harga solar subsidi yang dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor menyebut biodiesel (B30) mestinya dijual dengan harga Rp 11.000 per liter, namun harga jual di SPBU kini hanya Rp 5.150 per liter untuk solar subsidi.
Selain adanya subsidi tetap Rp 500 per liter dari pemerintah, selisih harga yang hampir separuhnya ini disubsidi oleh uang pungutan ekspor kelapa sawit dan produk turunannya yang dikumpulkan ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
"Ini siapa yang subsidi, yang subsidi bukan negara loh, tapi pengusaha yang ekspor duitnya dikumpul BPDPKS. Perlu keseimbangan, kalau nggak ada biodiesel, CPO akan anjlok," tuturnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (10/06/2021).
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/ CPO) akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang stabil. Rata-rata harganya ada di posisi sekitar US$ 1.000 per ton.
Di tengah kenaikan harga CPO ini, menurutnya ada kabar baik di mana harga minyak mentah juga mengalami kenaikan, sehingga selisih harga biodiesel dengan solar tidak terlalu jauh.
"Sekarang (selisihnya) berkisar Rp 4.600 (per liter), jadi besaran dana BPDPKS untuk solar nggak terlalu tinggi, jadi dana pungutan cukup untuk FAME," jelasnya.
Serapan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) untuk pencampuran di dalam diesel berbasis minyak fosil sebesar 30% atau B30, sampai dengan April 2021 telah mencapai 2,68 juta kilo liter (kl). Artinya, serapan FAME mencapai 29,1% dari target tahun ini sebesar 9,2 juta kl.
Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, capaian hingga bulan April 2021 ini lebih rendah daripada tahun lalu sebesar 2,9 juta kl.
"Sampai dengan Maret 1,98 juta kl, sementara sampai April 2,68 juta kl. Tahun 2020 (April) angkanya 2,9 juta kl," paparnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/05/2021).
Feby menyebut, penurunan serapan sampai April 2021 dikarenakan terjadinya penurunan permintaan diesel di awal tahun. Pasalnya, pada awal tahun 2020 belum terjadi pandemi yang membuat konsumsi diesel masih tinggi.
"Terjadi penurunan demand di awal tahun. 2020 bulan Januari dengan realisasi 555.610 kl, sedangkan bulan Januari 2021 sebesar 698.808 kl," lanjutnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Yakin RI Mau Sampai Biodiesel B100? Harga Bisa Rp15.000/Liter