Harga Biodiesel B100 Selangit, Pengusaha Nilai B40 Saja Cukup

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
11 June 2021 14:05
Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Laboratorium pengembangan B40 milik ESDM. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanfaatan biodiesel jika terus didorong sampai 100% atau B100, maka harganya akan sangat mahal, bahkan bisa sampai Rp 15.000 per liter. Tingginya harga ini akan terbentur dengan daya beli masyarakat yang masih rendah.

Selama ini subsidi biodiesel berasal dari iuran ekspor kelapa sawit. Jika biodiesel digenjot sampai B100, artinya ekspor akan semakin kecil karena banyak diserap di dalam negeri. Tentunya ini juga akan berdampak pada pungutan ekspor sawit yang semakin rendah. Subsidi biodiesel untuk menutupi selisih antara harga diesel berbasis fosil dan biodiesel berbasis minyak sawit (CPO).

Ketua Umum Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi) Master Parulian Tumanggor berpandangan, pihaknya tidak terlalu mengharapkan pemerintah menjalankan program biodiesel hingga 100% atau B100.

Jika biodiesel terus digenjot sampai B100, maka kebutuhan biodiesel diperkirakan akan mencapai 36 juta kl per tahun. Kebutuhan yang sangat banyak ini belum ditambah dengan kebutuhan lain seperti minyak goreng dan oleochemical. Dengan demikian, akan berdampak pada ekspor yang kecil.

"Nggak terlalu ke B100 karena kebutuhan B100 itu 36 juta kl, ditambah kebutuhan dalam negeri untuk minyak goreng, oleochemical. Kalau kecil ekspor, kecil devisa kita, devisa kita berkurang," tuturnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Kamis (10/06/2021).

Dia menyarankan, agar dalam kurun waktu 2-3 tahun ke depan, cukup menggunakan B40. Menurutnya, para pengusaha saat ini tengah memperluas pabriknya jika B40 akan dilaksanakan.

"Kalau jadi B40, maka kebutuhan biodiesel paling nggak 14 juta kl, kapasitas terpasang saat ini 12 juta kl. Kalau saya ya, kalau bisa ya 2-3 tahun ke depan cukup B40," ucapnya.

Kemudian, setelah tahun 2024 menurutnya pemerintah bisa lakukan lobi-lobi kembali dengan Eropa, Amerika dan China, sehingga bisa ekspor kembali. Jika tidak ada biaya ekspor, menurutnya minyak sawit akan lebih menguntungkan jika diekspor.

Dalam menjalankan program biodiesel menurutnya sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Hanya kendala-kendala kecil yang bisa diatasi seperti dengan Pertamina soal tangki di Balikpapan, transportasi, dan penyerahan tepat waktu.

"Menurut saya ini nggak persoalan besar, ini kita sekarang yang penting jaga stabilitas. Bagaimana Covid segera selesai sehingga produksi lancar, harga bisa dijaga," paparnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Produsen Biodiesel Berharap Program B40 Bisa Segera Jalan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular