Internasional

Minggir Semua, Big Bos Genk Negara Tajir Ketemuan di Inggris!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
11 June 2021 08:52
Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam Pertemuan G7
Foto: Presiden AS Joe Biden (kiri) berbicara dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, selama pertemuan mereka menjelang KTT G7 di Cornwall, Inggris, Kamis 10 Juni 2021. (Toby Melville/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pemimpin negara kaya yang tergabung dalam G7 akan segera melaksanakan pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Jumat (11/6/2021) ini hingga Minggu (13/6/2021).

Pemerintah Inggris, yang merupakan tuan rumah perhelatan itu, telah menunjuk kota Cornwall sebagai lokasi pertemuan tinggi ini.

Dalam pertemuan perdana setelah hampir dua tahun itu, sejumlah hal dibahas. Mulai dari perubahan iklim, ekonomi, pandemic virus corona dan geopolitik.

"Para pemimpin mengambil kesempatan untuk membangun kembali dengan lebih baik dari virus corona, bersatu untuk membuat masa depan lebih adil, lebih hijau, dan lebih sejahtera," kata pemerintah Inggris dalam sebuah pernyataan.

Selain Inggris, negara G7 terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat (AS). Tahun ini, Australia, India dan Korea Selatan (Korsel) diundang sebagai tamu.

AS yang merupakan patron terkuat di kelompok itu memiliki agenda penting dalam membantu mengarahkan sikap dan tindakan negara-negara yang tergabung di kedua blok itu dalam menghadapi isu-isu global. Dalam melaksanakan hal itu, Presiden Biden telah memberikan beberapa agenda penting dalam gelaran itu.

Berikut daftar agendanya:

Halaman 2>>>

1. Pajak perusahaan global

Negara G7 telah berjuang selama bertahun-tahun untuk menyetujui cara agar dapat menaikkan pajak lebih banyak, dari perusahaan multinasional. Perusahaan ini seringkali membayar pajaknya di negara dengan pungutan pajak rendah.

Maka itu atas usul Menkeu AS, Janet Yellen, seluruh anggota G7 menyepakati tarif pajak perusahaan global minimum minimal 15%. Hal ini akan mengurangi celah bagi perusahaan seperti Google, Facebook, dan Amazon, yang dianggap mengambil keuntungan, dengan membayar pajak di negara yang memiliki pungutan pajak lebih rendah.

2. Rusia dan China

Negara G7 akan membicarakan persoalan terkait dua rival AS yaitu Rusia dan China. Pada Kamis (10/6/2021), sehari sebelum KTT, Presiden Joe Biden telah menyampaikan bahwa hubungan negara G7 sangat kokoh dalam menangkis hegemoni Rusia dan China.

"Saya berangkat ke Eropa dengan tujuan untuk memperkuat aliansi, menjelaskan kepada Putin dan China bahwa hubungan Eropa dan Amerika Serikat sangat erat."

Selain itu, AS akan memfokuskan agenda mengenai penekanan sanksi lanjutan kepada Moskow atas dukungan keuangan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk Belarus setelah negara itu memaksa sebuah penerbangan Ryanair untuk turun di negaranya. Pesawat itu ternyata membawa seorang jurnalis pengkritik Presiden Alexander Lukashenko yang sebelumnya buron.

Dalam isu China, Biden menyerukan sekutu untuk bersatu melawan Beijing atas tuduhan kerja paksa di provinsi Xinjiang, rumah bagi minoritas Muslim Uighur. Sumber yang mengikuti diskusi mengatakan Biden mengharapkan para pemimpinG7untuk menerapkan bahasa yang lebih kuat tentang masalah kerja paksa ini.

3. Perlawanan Covid-19

Sebelum melaksanakan KTT ini beberapa negara sudah menyuarakan mengenai percepatan vaksinasi bagi dunia. Presiden Biden menginginkan negara produsen vaksin seperti Inggris dan Jerman untuk melepas hak cipta vaksin demi mempercepat vaksinasi di negara-negara berkembang yang belum memperoleh vaksin.

Washington sendiri memang diketahui sangat vokal dalam soal distribusi vaksin. Hal ini dilakukan ketika China dan Rusia juga sudah memulai distribusi vaksin globalnya.

Bahkan seorang sumber menyatakan Gedung Putih merencanakan untuk menyumbangkan 500 juta dosis vaksin virus corona Pfizer ke hampir 100 negara selama dua tahun ke depan.

"AS kemungkinan akan mendistribusikan 200 juta dosis tahun ini dan 300 juta lagi pada paruh pertama tahun depan ke 92 negara berpenghasilan rendah dan Uni Afrika," kata beberapa sumber pada Rabu (9/6/2021).

Selain AS, Uni Eropa (UE) juga pada bulan lalu menyatakan bahwa UE akan tetap berkomitmen penuh untuk memfokuskan untuk mengekspor produk mereka agar kekebalan global tercapai.

Hal ini disampaikan oleh kepala komisi Ursula von der Leyen. Namun ia menekankan bahwa diskusi mengenai pengesampingan paten tidak akan menghasilkan satu dosis vaksin Covid-19 dalam jangka pendek hingga menengah.

"Kita harus terbuka untuk memimpin diskusi ini. Tapi ketika kita memimpin diskusi ini, perlu ada pandangan 360 derajat tentangnya karena sekarang kita membutuhkan vaksin untuk seluruh dunia," ujarnya.

"Uni Eropa adalah satu-satunya wilayah benua atau demokratis di dunia ini yang mengekspor dalam skala besar," kata von der Leyen.

Ia mengatakan sekitar 50% dari vaksin virus corona yang diproduksi di Eropa diekspor ke hampir 90 negara, termasuk yang ada dalam program COVAX yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara itu, tuan rumah Inggris yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Boris Johnson menyerukan kepada tujuh negara kaya dunia yang tergabung dalam kelompok G7 agar berkomitmen penuh untuk memvaksinasi seluruh dunia terhadap Covid-19. Ia menargetkan vaksinasi dunia harus rampung pada akhir 2022.

"Vaksinasi dunia pada akhir tahun depan akan menjadi pencapaian terbesar dalam sejarah medis," kata Johnson dalam sebuah pernyataan.

"Saya meminta rekan-rekan pemimpin G7 saya untuk bergabung dengan kami untuk mengakhiri pandemi yang mengerikan ini dan berjanji kami tidak akan pernah membiarkan kehancuran yang ditimbulkan oleh virus corona terjadi lagi."

Kekhawatiran internasional memang mulai muncul setelah melihat bahwa angka vaksinasi antara negara kaya dan negara yang kurang mampu cukup tinggi kesenjangannya. Maka itu para ahli kesehatan telah memperingatkan bahwa kecuali lebih banyak suntikan vaksin Covid-19 disumbangkan, virus akan terus menyebar dan bermutasi.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular