
RI Optimistis Energi Terbarukan Bisa Saingi Fosil

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) terus didorong oleh pemerintah demi mengejar bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 mendatang. Bahkan, pemerintah optimistis jika EBT akan bisa bersaing dengan energi fosil.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana. Namun demikian, untuk mencapai hal tersebut, menurutnya pendekatan keekonomian antara pihak yang menjual dan membeli harus cocok.
"Keekonomian harus cocok, pas yang jual dan yang beli ini harus match. Sekarang beberapa jenis EBT sudah mendekati atau malah bisa bersaing dengan fosil," paparnya dalam program Energy Corner CNBC Indonesia "Biodiesel Untuk Kemandirian Energi", Senin (7/6/2021).
Dadan mencontohkan, salah satu pemanfaatan energi terbarukan yang mampu bersaing dengan energi fosil yaitu pemanfaatan energi surya melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Karena kini teknologi PLTS semakin canggih dan efisien, sehingga harga jual listrik dari PLTS bisa bersaing dengan harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Ini sudah bisa bersaing, bahkan dengan listrik yang berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)," lanjut Dadan.
Lebih lanjut Dadan menyampaikan, pemerintah akan mendorong dua hal agar pengembangan EBT semakin masif. Pertama, keekonomian EBT yang baik dan kedua adalah EBT sebagai sumber energi berkelanjutan. Misalnya panas bumi, tenaga air, tidak hanya memberi manfaat pada korporasi atau produsen, tapi juga kepada masyarakat secara langsung.
"Industri tumbuh, masyarakat dapat manfaat yang lebih baik, termasuk biofuel, pemanfaatan biodiesel kita tidak sedikit, bukan sombong, kita sudah di titik B30 yang tidak ada contoh di tempat lain," tuturnya.
Kemudian, di skala nasional pemerintah bersama dengan PT Pertamina (Persero) mendorong pemanfaatan biodiesel dalam skala lebih luas. Selain berupaya meningkatkan pemanfaatan biodiesel dengan campuran fatty acid methyl esters (FAME) atau produksi green diesel dari kilang, tapi juga ekspansi ke pemanfaatan energi terbarukan untuk mengurangi impor bensin.
"Kami dengan Pertamina mencoba ke pemanfaatan yang lebih luas, tapi mencoba pemanfaatan lain karena bensin masih impor. Ini juga dilakukan pengembangannya termasuk juga pemanfaatan untuk listrik, nggak hanya dari CPO," tegasnya.
Selain sawit, pihaknya juga akan mengembangkan biomassa atau program briket batu bara atau kokas.
"Secara khusus misalnya yang di Palimanan sekarang didorong peningkatan kualitas batu bara pemakaian di industri ke kokas, kerja sama dengan PTBA," paparnya.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Jelantah Bisa Dibikin Biodiesel, Negara Ini Sudah Coba