Prabowo & Urgensi Modernisasi Alutsista RI

Tirta, CNBC Indonesia
02 June 2021 13:52
Tank Boat Antasena buatan Pindad telah menjalani serangkaian uji jelajah laut serta tembak senjata utama RCWS kanon kaliber 30 mm dan 2 senapan mesin 12,7 mm. (Dok: PT Pindad)
Foto: Tank Boat Antasena buatan Pindad telah menjalani serangkaian uji jelajah laut serta tembak senjata utama RCWS kanon kaliber 30 mm dan 2 senapan mesin 12,7 mm. (Dok: PT Pindad)

Berdasarkan informasi yang beredar, pemerintah sedang menyusun beberapa strategi pembiayaan investasi alat utama pertahanan. Pertama, persentase anggaran pertahanan terhadap PDB 0,8 persen yang konsisten selama 25 tahun ke depan. Kedua, jumlah anggaran pemenuhan alpalhankam prioritas pada 2020-2024 sebesar USD 125 miliar. Ketiga, mengupayakan sumber pendanaan alternatif untuk mengurangi beban pemenuhan alpalhankam terhadap keuangan negara.

Meskipun angkanya terdengar fantastis, USD 125 miliar untuk membeli alutsista selama 25 tahun itu kecil bahkan cenderung konservatif bila dibandingkan dengan potensi PDB Indonesia selama 25 tahun, yang besarnya bisa mencapai lebih dari Rp 375 ribu triliun, yaitu hanya 0,5 persen. Pemerintah patut dipuji atas formula ini karena menjawab permasalahan yang ada.

Selama ini, belanja pertahanan Indonesia juga terus turun dibandingkan pertumbuhan ekonomi dalam enam tahun terakhir di mana pada 2013 mencapai 0,9 persen dari PDB dan kini 0,78 persen dari PDB. Artinya, dalam masih ada ruang bagi negara untuk membeli alutsista baru. Dan itu artinya Menhan Prabowo sudah menghitung proporsi rencana investasi alutsista secara efektif.

dok IstFoto: Dok Ist



Bila rancangan Perpres diteken presiden, lantas akan ada titik temu yang pas antara pembangunan infrastruktur, kesejahteraan masyarakat, atau menjaga kemampuan pertahanan dan kedaulatan negara.

Ada beberapa hasil yang kami harapkan dari investasi pertahanan Presiden Joko Widodo dan Menhan Prabowo untuk 25 tahun. Pertama, diharapkan investasi ini bisa mendorong pemenuhan kebutuhan alpalhankam TNI yang dapat dilaksanakan secara lebih cepat, terarah, sinergis, dan menguntungkan.

Kedua, menyelesaikan beberapa persoalan di sektor pertahanan yang menonjol. Ketiga, memudahkan pembangunan suatu sistem alpalhankam TNI sehinggga akan menjadi solusi bagi masalah interoperabilitas. Keempat, berkontribusi terhdap industri pertahanan dalam negeri. Kelima, menyerap banyak lapangan kerja baru dan menggerakan ekonomi nasional.

Persepsi keliru modernisasi alutsista tidak dibutuhkan karena tidak ada perang

Modernisasi alutsista mutlak dibutuhkan. Pemerintah sudah berada di jalur yang tepat dengan rencana investasi pertahanan untuk 25 tahun ini.

Anggapan bahwa modernisasi alutsista tidak dibutuhkan karena tidak ada perang perlu ditepis karena saat ini Indonesia faktanya diliputi berbagai ancaman baik militer maupun nonmiliter.

Tercatat ada 3 jenis ancaman yang ada saat ini menjadi tiga, yaitu ancaman aktual, ancaman potensial, dan ancaman hibrida.

Ancaman aktual militer yang ada saat ini di antaranya: pelanggaran wilayah perbatasan/intervensi asing, separatisme dan pemberontakan bersenjata, terorisme dan radikalisme. Adapun ancaman aktual nonmiliter saat ini di antaranya: ancaman siber, intelijen dan spionase, ancaman psikologikal, bencana alam dan lingkungan, perompakan dan pencurian kekayaan alam.

Selain ancaman aktual, Indonesia juga memiliki ancaman potensial. Ancaman potensial militer di antaranya: perang konvensional atau konflik terbuka (invasi asing) dan ancaman senjata nuklir. Sementara ancaman nonmiliternya adalah krisis ekonomi dan imigran asing.

Di luar ancaman aktual dan ancaman potensial, Indonesia juga dihadapkan dengan ancaman hibrida, yaitu serangan senjata biologis dan wabah penyakit.

dok IstFoto: Dok Ist



Setidaknya ada beberapa prioritas investasi pertahanan, yaitu pemberdayaan industri pertahanan, peningkatan kemampuan intelijen, peningkatan pengamanan di wilayah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar (PPKT), penguatan sistem pertahanan udara nasional (sishanudnas), penguatan satuan komunikasi dan elektronika (satkomlek), peningkatan satuan peluru kendali strategis, pembentukan komponen cadangan, dan penataan komponen pendukung.

Dalam merencanakan pertahanan negara ini, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan Menhan Prabowo, yaitu faktor pertahanan negara yang cepat berubah (volatile), ketidakpastian (uncertainty), kerumitan (complexity), ambiguitas (ambiguity).

Adapun rencana strategis yang perlu segera dicanangkan di antaranya: rakyat yang patriotik, militan dan cinta tanah air, Tentara Nasional yang profesional, patriotik dan militan baik secara teknis, teknologis dan organisatoris, Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan yang efektif dan muktahir, industri pertahanan yang bisa mendukung dan bisa melaksanakan perbaikan, pemeliharaan dan perawatan Alpalhankam, kelompok ilmuwan/saintek/teknologI yang dapat mendukung keperluan manufaktur secara mandiri komponen-komponen pertahanan yang canggih, strategis dan yang tidak mungkin dibeli dari pemasok negara lain, dan kemampuan bangsa dalam memasok pangan untuk rakyat dan tentaranya, terutama karbohidrat dan protein.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular