Mohon Doanya! RI Segera Lulus Resesi, Tak Perlu Ujian Susulan

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 June 2021 12:54
Mini Market Penjual Produk UMKM di M Blok Market
Ilustrasi Pasar Swalayan (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Kedua adalah data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju inflasi domestik pada Mei 2021 adalah 0,32% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Sementara dibandingkan Mei 2020 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 1,68%. Baik secara bulanan maupun tahunan, inflasi menyentuh titik tertinggi selama 2021.

Setianto, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, menyebut bahwa tekanan kenaikan harga akibat Ramadan dan Idul Fitri begitu terasa di data inflasi Mei. Terlihat bahwa kelompok pengeluaran yang khas puasa-lebaran menjadi pendorong inflasi yang palig dominan.

Misalnya, kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatatkan inflasi 3,05% yoy. Beberapa harga komoditas yang mengalami kenaikan adalah daging ayam ras, daging sapi, ikan segar, minyak goreng, dan jeruk.

Kemudian ada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 3,08%. Di kelompok ini, kenaikan harga emas menjadi salah satu penyebab utama inflasi.

"Kenaikan inflasi Mei akibat adanya puasa maupun Hari Raya terasa sekali meningkatkan harga-harga," kata Setianto dalam jumpa pers hari ini. 

Namun sepertinya percepatan laju inflasi buka hanya karena faktor musiman puasa-lebaran. Ada indikasi bahwa daya beli rakyat mulai pulih sehingga dunia usaha berani menaikkan harga barang dan jasa.

Sinyal perbaikan daya beli tergambar di inflasi inti. Inflasi inti adalah kelompok barang dan jasa yang harganya persisten, tidak mudah naik-turun. Kalau harga yang 'bandel' saja bisa naik, maka artinya pengusaha berani menaikkan harga karena yakin bakal dibeli. 

Pada Mei 2021, inflasi inti tercatat 0,24%% mtm dan 1,37% yoy. Lagi-lagi, menjadi yang tertinggi sepanjang 2021.

 

 

Kalau industri manufaktur adalah penyumbang utama PDB dari sisi lapangan usaha, maka konsumsi rumah tangga adalah kontributor terbesar dari sisi pengeluaran. Data inflasi inti menggambarkan daya beli rakyat sudah membaik, yang pada akhirnya akan tercermin dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Dalam dua bulan pertama kuartal II-2021, rasanya ekonomi Indonesia bergerak ke arah yang benar. Kemungkinan besar atau hampir pasti PDB Indonesia pada kuartal II-2021 akan tumbuh positif, tidak lagi terkontraksi. So, Indonesia akan 'lulus' dari resesi dan tidak perlu ujian susulan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular