Jakarta, CNBC Indonesia - Mei sudah tutup buku, sekarang kita memasuki bulan keenam 2021. Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih saja belum berlalu dan menjadi cerita dominan di seluruh dunia.
Setelah India, virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu 'menggila' di Asia Tenggara. Malaysia menjadi sorotan dunia karena lonjakan kasus positif corona.
Negeri Harimau Malaya sampai memberlakukan pengetatan aktivitas dan mobilitas masyarakat pada pertengahan Mei 2021. Namun ternyata kurang 'nendang', pasien positif bukannya berkurang malah bertambah.
Kementerian Kesehatan Malaysia mencatat, jumlah pasien positif corona sepanjang bulan lalu bertambah 163.644 orang. Rata-rata pasien bertambah 5.279 orang setiap harinya.
Ini jauh memburuk ketimbang bulan sebelumnya. Pada April 2021, pasien positif bertambah 63.213 orang atau 2.107 orang per hari.
Kasus aktif di Malaysia pun melonjak. Kasus aktif adalah pasien yang masih dalam perawatan, baik di fasilitas kesehatan maupun mandiri. Kasus aktif menjadi indikator penting karena menggambarkan seberat apa beban yang ditanggung sistem pelayanan kesehatan di suatu negara.
Pada 31 Mei 2021, jumlah kasus aktif di Malaysia tercatat 79.523 orang. Bertambah 49.892 (168,38%) dibandingkan posisi awal bulan. Sangat mengkhawatirkan...
Halaman Selanjutnya --> Indonesia Sukses Kendalikan Corona?
Bagaimana dengan Indonesia? Well, Ketua Komite Percepatan Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto sempat berujar bahwa kasus corona di Tanah Air terkendali.
"Perkembangan kasus Covid-19 relatif masih terkendali," tegas Airlangga usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden, 17 Mei 2021 lalu.
Apakah klaim itu benar adanya? Ternyata benar lho...
Sepanjang Mei 2021, jumlah pasien positif corona di Indonesia bertambah 153.335 ribu orang. Saban harinya, rata-rata ada tambahan pasien positif 4.946 orang.
Ini lebih baik ketimbang bulan sebelumnya. Pada April 2021, terdapat 156.656 orang terpapar virus corona. Rata-rata tambahan pasien positif baru adalah 5.222 orang.
Dari sisi kasus aktif, Indonesia pun naik seperti halnya Malaysia. Pada akhir bulan lalu, jumlah kasus positif adalah 102.006 orang sementara pada awal bulan ada di 1002.250 orang.
Namun walau bertambah, secara nominal dan persentase tidak setinggi Malaysia. Kasus positif bertambah 1.756 orang atau 'hanya' naik 1,75%.
Halaman Selanjutnya --> Indonesia Tak Boleh Leha-leha!
Akan tetapi, apakah Indonesia patut berbangga? Apakah Indonesia sudah bisa berleha-leha?
Nanti dulu, Bung. Sebab walau secara bulanan ada penurunan, tetapi kasus positif mengalami tren kenaikan dalam beberapa waktu terakhir.
Dalam sepekan terakhir, pasien positif corona di Indonesia rata-rata bertambah 5.797 orang setiap harinya. Meningkat dibandingkan rerata seminggu sebelumnya yaitu 5.297 orang per hari. Pada minggu sebelumnya lagi, tambahan pasien positif jauh lebih rendah yaitu 3.639 orang per hari.
Indonesia masih perlu waspada karena ternyata larangan mudik Idul Fitri tidak sepenuhnya berhasil. Masih ada orang-orang yang bisa berlebaran di kampung halaman.
Rindu memang terbayar, tetapi virus corona ikut menjalar. Ekonomi memang jadi merata, tetapi demikian juga virus corona.
Meski sudah dilarang oleh pemerintah, tetapi kerinduan merayakan lebaran bersama keluarga dan handai taulan di kampung halaman sulit untuk dibendung. Para pemudik mengakali aturan dengan berangkat selepas larangan mudik berakhir yaitu 17 Mei 2021.
Berdasarkan catatan PT KAI, jumlah penumpang kereta api jarak jauh pada 18 Mei 2021 adalah sekitar 65.000 orang. Kemudian pada 19 Mei 2021 sekitar 59.000 orang dan 20 Mei 2021 sekitar 44.000 orang. Kala larangan mudik masih berlaku, jumlah penumpang kereta api jarak jauh di bawah 30.000 orang setiap harinya.
Wiku Adisasmito, Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan Covid-19, mewanti-wanti bukan tidak mungkin mudik bakal menyebabkan kasus corona di Indonesia meledak. Bahkan bisa saja Indonesia mengalami ledakan seperti di India.
"Jangan sampai kita berada dalam kondisi seperti itu (India). Maka dari itu, jangan lakukan silaturahmi fisik. Ketahuilah jika kita masih memaksakan untuk bertemu dalam rangka silaturahmi fisik baik dengan keluarga maupun kerabat di manapun, maka kemungkinan besar kita dapat tertular dan menularkan Covid-19," tegas Wiku belum lama ini.
Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh lengah. Pemerintah harus terus menggenjot 3 T (testing, tracing, treatment) plus vaksinasi sementara rakyat tidak boleh kendur menegakkan 3 M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun). Sekali Indonesia lengah, maka konsekuensinya bakal luar biasa.
TIM RISET CNBC INDONESIA