RI Siap Pensiunkan PLTU Batu Bara, Ini Alasan & Tahapannya!

News - Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
30 May 2021 14:17
1. Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arviyan Arifin mengunjungi PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang dibangun oleh PT Huadian Bukit Asam Power, perusahaan konsorsium antara PTBA dan China Huadian Hongkong Company Ltd
2. PLTU Sumsel 8 adalah PLTU mulut tambang terbesar di Indonesia dengan kapasitas mencapai 2x620 MW
3. Pembangkit ini masuk dalam proyek 35.000 MW dan merupakan IPP (Independent Power Producer) yang terefisian dan termurah 
4. Progres pembangunan PLTU Sumsel 8 kini telah mencapai 55% dan ditargetkan beroperasi komersial di Kuartal Pertama 2022
5. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 1,68 miliat dan membutuhkan pasokan batu bara sebanyak 5,4 juta ton.(Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA)) Foto: PLTU Sumsel 8 (Dok.PT Bukit Asam Tbk (PTBA))

Di sisi lain, terkait dengan hal ini, manajemen PT PLN (Persero) menyebut penghentian operasional PLTU menjadi langkah dalam menuju netral karbon (carbon neutral) pada tahun 2060.

Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan PLN akan mulai menggantikan PLTU dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) dengan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 1,1 Giga Watt (GW) pada 2025 mendatang.

"Kami bangun time line, yakni 2025-2030 sudah haramkan PLTU baru, bahkan diharapkan di 2025 ada replacement (penggantian) PLTU dan PLTMG dengan pembangkit listrik EBT," kata Darmawan saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).

Selanjutnya, PLN menargetkan akan mempensiunkan PLTU Subcritical tahap I dengan kapasitas mencapai 1 GW pada 2030.

"Di 2030 retirement (pensiun) subcritical tahap pertama 1 GW," imbuhnya.

Lalu, mempensiunkan PLTU Subcritical tahap II dengan kapasitas 9 GW pada 2035. Dan pada 2040 ditargetkan bisa mempensiunkan PLTU Supercritical sebesar 10 GW.

Sementara PLTU Ultra Supercritical tahap I ditargetkan bisa dipensiunkan pada 2045 sebesar 24 GW dan PLTU Ultra Supercritical terakhir sebesar 5 GW bisa dipensiunkan pada 2055.

"Retirement PLTU Ultra Supercritical secara bertahap bisa dilaksanakan dari 2045-2056, dan pada akhirnya bisa mencapai carbon neutral pada 2060," ujarnya.

Dia mengatakan, untuk menggantikan PLTU berbasis batu bara yang bisa menopang beban dasar (base load), salah satu caranya yaitu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berbasis baterai.

Darmawan menjelaskan, biaya yang dibutuhkan untuk membangun PLTS berbasis baterai lithium ion atau feronikel harganya terus turun, saat ini biayanya berkisar pada 4 sen dolar per kilo Watt hour (kWh) ditambah baterai sekitar 13 sen dolar per kWh. Sehingga biaya listrik dari PLTS berbasis baterai saat ini sekitar 17-18 sen dolar per kWh.

Namun, menurutnya sudah ada inovasi PLTS baru dengan biaya lebih murah, yakni dengan teknologi baterai berbasis redox dari vanadium atau cerium. Biaya pembangkitan listrik bisa 2,5-3 sen dolar per kWh, lalu ditambah biaya baterai berbasis aliran redox 3,5 sen dolar per kWh, sehingga total biaya hanya 6-7 sen dolar per kWh.

"Sehingga, 2025-2026 diharapkan ada pembangkit listrik berbasis EBT base load masuk. Tapi PLN perlu dukungan, nggak bisa dilakukan PLN sendiri," ujarnya.

Dia menjelaskan, produksi energi nasional per hari ini 300 Tera Watt hours (TWh). Lalu, pada beberapa tahun mendatang diperkirakan ada tambahan 120 TWh dari proyek PLTU 35 GW.

Adapun proyeksi produksi energi pada 2060 mencapai 1.800 TWh, sehingga ada kebutuhan tambahan produksi sekitar 1.380 TWh. Kebutuhan tambahan produksi listrik itu akan diusahakan diisi dengan pembangkit listrik berbasis EBT.


[Gambas:Video CNBC]

(tas/tas)
HALAMAN :
1 2
Artikel Selanjutnya

Tahun Ini Puncak Penambahan PLTU Baru, Mulai 2027 Dipangkas!

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading