Bunga Kredit Bank Ogah Turun, Pemulihan Ekonomi Bakal Lelet

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
28 May 2021 12:30
Gedung BI
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Luthfi Rahman

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia menilai penurunan suku bunga perbankan saat ini belum turun signifikan. Dikhawatirkan hal tersebut akan membuat pemulihan ekonomi berjalan lambat.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung dalam Peluncuran Buku Kebijakan Makroprudensial di Indonesia, Jumat (28/5/2021).

"Sebagai upaya melakukan pemulihan, kalau suku bunga gak turun-turun, maka pemulihan akan berjalan lambat. BI sudah turunkan cukup signifikan sampai sekarang 3,5%," jelas Juda.

Juda menyebut dari data yang dimilikinya, perbankan kembali menurunkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) di Maret 2021. Namun, penurunan SBDK sebesar 15 basis poin (bps) secara bulanan (month to month/mtm) pada Maret 2021 lebih rendah dibandingkan Februari 2021 yang mencatat penurunan sebesar 98 bps (mtm).

Penurunan SBK terutama didorong oleh kelompok bank BUMN. SBDK kelompok Bank BUMN mengalami penurunan paling dalam di antara kelompok bank lainnya, yaitu sebesar 270 bps selama periode Maret 2020 - Maret 2021.

"Sementara itu, SBDK kelompok BUSN, BPD, dan KCBA masing-masing turun sebesar 109 bps (yoy), 94 bps (yoy) dan 76 bps (yoy)," jelas Juda.

"Suku bunga kredit di bulan Maret hanya turun 0,48%. Secara tahunan SBDK sudah turun 1,74% atau 174 basis poin. Total suku bunga kredit baru hanya turun 0,9%," kata Juda melanjutkan.

Artinya, kata Juda masih ada ruang bagi bank untuk menurunkan lagi suku bunga kredit. Pasalnya pengeluaran tambahan atau overhead cost sudah turun, tapi faktor risiko dan profit margin, sering kali masih sangat rigid.

Oleh karena itu, BI akan terus mendorong bank-bank bisa menurunkan suku bunganya. Selain itu, Juda menyebut, penurunan bunga kredit diharapkan bisa memacu permintaan kredit dari sektor riil sehingga bank dan pelaku usaha tidak saling tunggu.

"Itu yang perlu segera direspon perbankan. Memang kita tahu risiko kredit masih ada, tapi kita gak bisa menunggu dari sektor riil bergerak, baru perbankan bergerak. Kita harus bergerak bersama dari sisi supply dan demand," tuturnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedih, Perbaikan Ekonomi RI Tak Secepat yang Diperkirakan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular