
Butuh Rp 12 T Supaya NKRI Terang 100% di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi bisa mencapai 100% pada 2022 mendatang. Namun, untuk mencapai rasio elektrifikasi ini dibutuhkan investasi sebesar Rp 12,02 triliun. Rasio elektrifikasi 100% artinya seluruh wilayah atau desa di Tanah Air sudah mendapatkan pasokan listrik.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan (Gatrik) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana mengatakan, saat ini dana yang dianggarkan pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk program ini hanya Rp 5 triliun.
"Karena sudah ditetapkan tahun 2022 rasio elektrifikasi sebesar 100%, strategi kami butuh Rp 12,02 triliun," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (27/05/2021).
Menurutnya, dengan anggaran yang terbatas ini, maka target rasio elektrifikasi 100% bisa bergeser ke tahun berikutnya. Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada DPR agar memberikan dukungan terhadap alokasi anggaran agar warga di wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T) bisa segera dialiri listrik.
"APBN adanya Rp 5 triliun, jadi target rasio elektrifikasi (100%) bisa bergeser ke tahun berikutnya. Mohon dukungan, warga kita di 3T 76 tahun gelap gulita," paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, capaian rasio elektrifikasi sampai dengan Maret 2021 mencapai 99,28%, naik dari capaian Desember 2020 yang sebesar 99,20%.
Sementara rasio desa berlistrik sampai Maret 2021 mencapai 99,59% naik dari Desember 2020 sebesar 99,56%. Upaya melistriki seluruh wilayah, menurut Rida, cukup lambat karena sebagian besar berada di wilayah 3T.
"Komposisi rasio elektrifikasi ada komponennya, dari sisi status ada yang dilistriki langsung PLN, atau non, bisa koperasi atau Pemda atau lampu tenaga surya hemat energi dan terakhir belum tersentuh listrik," jelasnya.
Rida menjelaskan, ada tiga upaya yang dilakukan dalam mencapai Indonesia terang. Tiga upaya ini dilakukan berdasarkan survei lapangan, tergantung wilayah dan strategi disesuaikan.
Pertama, perluasan jaringan penyambungan desa dan atau rumah tangga yang dekat dengan jaringan (grid) PLN, yakni melalui program grid extension untuk 24 desa pada 2021.
Kedua, Minigrid, yakni pembangunan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) setempat untuk kelompok masyarakat yang tinggal di daerah sulit dijangkau. Program Minigrid ini dilakukan di 37 desa pada 2021.
Dan terakhir, pembangkit EBT ditambah dengan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL). Ditargetkan 20.711 unit APDAL disediakan untuk 285 desa melalui APBN Kementerian ESDM 2021.
"Kasarnya, distribusikan tabung listrik baterai ke rumah-rumah karena rumah tersebut di lokasi yang tidak mungkin dibangun karena rumah begitu tersebar," kata Rida.
Berdasarkan data yang dipaparkan, jumlah rumah tangga yang belum berlistrik mencapai 542.124 rumah tangga, dan desa belum berlistrik mencapai 346 desa.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Demi RI Berlistrik 100% di 2022, PLN Investasi Rp 160 T