
Covid-19 di Malaysia Lebih Ngeri dari India, RI Kudu Waspada!

Jakarta, CNBC Indonesia - Peningkatan kasus infeksi Covid-19 di Negeri Jiran semakin mengerikan. Bahkan jika melihat salah satu indikator epidemiologi berupa kenaikan kasus per 1 juta penduduk di Malaysia sudah lebih tinggi dibandingkan dengan India.
Berdasarkan catatan CNBC International, rata-rata kasus infeksi Covid-19 harian di Malaysia per satu juta orang mencapai angka 205, jauh lebih tinggi ketimbang India yang mencapai 150.
Populasi Malaysia memang tak sebesar India karena hanya menampung 32 juta penduduk. Jelas jauh sekali jika dibandingkan dengan Negeri Bollywood. Namun jika angka pertambahan kasus harian per satu juta penduduknya lebih tinggi maka sudah jelas Malaysia sedang dalam keadaan darurat.
![]() |
Malaysia melaporkan peningkatan kasus harian tertinggi pada Rabu kemarin. Dalam sehari ada 7.478 kasus Covid-19 baru di Negeri Jiran. Kenaikan tersebut menjadikan infeksi kumulatif menjadi lebih dari 533.300 apabila mengacu data kementerian kesehatan.
Lebih dari 2.300 orang telah meninggal dan 700 orang yang terinfeksi berada di unit perawatan intensif. Dr Noor Hisham Abdullah, direktur jenderal kesehatan Malaysia, mengatakan dalam sebuah posting Twitter hari Selasa bahwa kasus Covid-19 harian negara itu "mengikuti tren eksponensial" dan dapat memicu "lonjakan vertikal."
Untuk saat ini Malaysia kembali melakukan pengetatan. Aktivitas ekonomi kembali dibatasi. Perekonomiannya kembali terancam akibat gelombang kedua Covid-19 ini.
Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Malaysia, lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut memiliki dua konsekuensi bagi Indonesia. Pertama adalah seputar perdagangan. Kedua tentang pandemi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Malaysia merupakan salah satu dari 10 destinasi ekspor terbesar RI. Pada April lalu tercatat ekspor RI ke Malaysia mencapai US$ 910 juta atau menyumbang 5,21% total ekspor bulan tersebut.
Malaysia menjadi negara destinasi ekspor terbesar ke-5 bagi Indonesia setelah China, AS, Jepang dan India. Pembatasan yang dilakukan oleh Malaysia memiliki dampak negatif terutama bagi sektor pertambangan RI terutama batu bara, besi dan baja.
Maklum setiap tahunnya ekspor terbesar RI ke Malaysia adalah bahan bakar mineral yang termasuk di dalamnya ada batu bara serta besi dan baja. Mobilitas publik yang dibatasi, kapasitas operasional pabrik yang juga terbatas membuat permintaan listrik untuk sektor komersial dan industri menjadi berkurang. Hal tersebut berarti permintaan terhadap batu bara juga menurun.
Di sisi lain Malaysia dan Indonesia juga berbatasan darat secara langsung. Pulau Kalimantan menjadi wilayah geografis di mana kedua negara berbatasan darat. Berdasarkan data BPS, total kunjungan wisatawan mancanegara RI sepanjang tahun ini didominasi oleh Timor Leste dan Malaysia.
Turis Malaysia yang datang ke Indonesia kemungkinan besar adalah mereka yang berasal dari Sabah dan Serawak karena banyak yang menggunakan jalur darat.
Negara Bagian Malaysia tersebut juga mengalami kenaikan kasus Covid-19, sehingga harus diwaspadai benar adanya aktivitas mobilitas orang dari Malaysia karena dikhawatirkan bakal membuat kasus infeksi di Tanah Air yang selama ini melandai menjadi naik lagi.
(twg/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Malaysia, Faskes Covid Kritis di Negara Bagian Ini
