Sempat Panas! Biden-Putin Bakal 'Kopi Darat', Bahas Apa ya?

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
26 May 2021 07:50
Russian President Vladimir Putin gestures while speaking during a meeting with business community in the Kremlin in Moscow, Russia, Wednesday, Dec. 25, 2019. (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)
Foto: Vladimir Putin (Alexander Nemenov/Pool Photo via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan akan segera mengadakan pertemuan pada 16 Juni mendatang di Jenewa, Swiss.

Melansir CNBC International, Gedung Putih menyatakan bahwa pertemuan ini untuk menjaga stabilitas dalam hubungan antardua negara besar itu.

"Para pemimpin akan membahas berbagai masalah mendesak, karena kami berusaha memulihkan prediktabilitas dan stabilitas hubungan AS-Rusia," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pernyataan singkat, dikutip, Rabu (26/5/2021).

Pihak Kremlin juga mengkonfirmasi perihal pertemuan tersebut.

"Kami bermaksud untuk membahas keadaan dan prospek perkembangan lebih lanjut hubungan Rusia-Amerika, masalah stabilitas strategis, serta isu-isu topikal dalam agenda internasional, termasuk interaksi dalam perang melawan pandemi virus corona dan penyelesaian konflik regional," kata tulis pihak Rusia.

Pengumuman itu datang kurang dari seminggu setelah Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menlu Rusia Sergei Lavrov mengadakan pembicaraan tatap muka di Islandia. Pertemuan itu adalah pembicaraan tatap muka tingkat tertinggi antara Washington dan Moskow di bawah pemerintahan Biden.

Di bawah kepemimpinan Biden, hubungan AS dan Rusia diketahui memanas.

Awal bulan ini, kelompok peretas yang diduga memiliki hubungan dengan penjahat Rusia melancarkan serangan ransomware di pipa minyak AS, memaksa perusahaan energi negara itu untuk menutup sekitar 5.500 mil pipa, yang menyebabkan terganggunya hampir setengah dari pasokan bahan bakar Pantai Timur.

Namun Biden mengatakan kepada wartawan bahwa AS hingga saat ini tidak memiliki intelijen yang menghubungkan serangan ransomware kelompok tersebut dengan pemerintah Rusia.

"Sejauh ini tidak ada bukti dari orang-orang intelijen kami bahwa Rusia terlibat meskipun ada bukti bahwa ransomware aktor ada di Rusia, mereka memiliki tanggung jawab untuk menangani ini," kata Biden pada 10 Mei. Dia menambahkan bahwa dia akan membahas situasi dengan Putin.

Kremlin membantah klaim bahwa mereka telah meluncurkan serangan dunia maya terhadap AS.

Pada Maret,AS memberi sanksi kepada tujuh anggota pemerintah Rusia atas dugaan keracunan dan penahanan selanjutnya terhadap Navalny, kritikus terkemuka Putin di Rusia. Alexei Anatolievich Navalny adalah pengacara, aktivis politik dan keuangan, dan politisi Rusia.

Sanksi tersebut adalah yang pertama menargetkan Moskow di bawah kepemimpinan Biden. Sebelumnya pemerintahan presiden AS sebelumnya Donald Trump tidak mengambil tindakan terhadap Rusia atas situasi Navalny.

Masih di bulan yang sama, Biden menyebut Putin sebagai "pembunuh" dan bersumpah bahwa pemimpin Rusia akan "membayar" karena ikut campur dalam pemilihan AS 2020 dengan mencoba untuk meningkatkan peluang pemilihan kembali Trump.

Pada April, Washington 'menampar' Rusia dengan putaran lain sanksi AS atas pelanggaran hak asasi manusia, menyapu serangan dunia maya, dan upaya untuk mempengaruhi pemilu AS. Pemerintahan Biden juga mengusir 10 pejabat dari misi diplomatik Rusia diĀ AS.

Moskow sebelumnya membantah melakukan kesalahan dan menolak tuduhan AS. Rusia menggambarkan langkah terbaru Gedung Putih sebagai pukulan bagi hubungan bilateral dan berjanji untuk memberlakukan tindakan pembalasan cepat.

Menanggapi tindakan AS, Rusia mengusir 10 diplomat AS dari Kedutaan Besar Amerika di Moskow dan memberikan sanksi kepada delapan pejabat senior administrasi AS, termasuk Direktur FBI Christopher Wray dan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Biden Sebut Putin Pembunuh, Rusia Ingin AS Minta Maaf

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular