
Lahan Kelar, Ini Update Proyek Kilang Rp 230 T Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) bersama perusahaan minyak asal Rusia, Rosneft, kini tengah membangun kilang minyak baru (Grass Root Refinery) yang terintegrasi dengan petrokimia di Tuban, Jawa Timur.
Proyek senilai US$ 16 miliar atau sekitar Rp 230,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) ini sudah menyelesaikan proses pengadaan lahan. Perusahaan pun telah mendapatkan persetujuan prinsip Tukar Menukar Kawasan Hutan (TMKH) untuk pengadaan lahan oleh Perhutani.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/05/2021).
Sementara untuk pembersihan lahan (land clearing), menurutnya sampai dengan akhir April 2021 proses land clearing tahap ketiga sudah mencapai 11,6% dari target yang direncanakan 2,74%.
"Proyek ini merupakan proyek yang strategis karena membangun kilang minyak yang akan terintegrasi dengan kilang petrokimia," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (24/05/2021).
Dia pun menyebut bahwa proses desain teknis dasar atau Basic Engineering Design (BED) juga telah selesai dilakukan. Adapun progres pekerjaan desain rinci akhir (Front End Engineering Design/ FEED) per 30 April 2021 masih di bawah target yakni 0,6% dari rencana 0,9%.
"Pekerjaan FEED ditargetkan selesai pada bulan Januari 2022," ujarnya.
Sementara untuk pekerjaan reklamasi lahan, menurutnya saat ini tengah dalam proses persiapan tender yang telah dimulai pada minggu keempat April 2021.
Dia mengatakan, untuk mempermudah proyek ini, pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Menteri ESDM No. 807 tahun 2016 tentang Penugasan kepada PT Pertamina (Persero) dalam Pembangunan dan Pengoperasian Kilang Minyak di Tuban, Jawa Timur. Selain itu, imbuhnya, pemerintah telah memberikan alokasi gas untuk operasional kilang.
"Pemerintah sudah berikan alokasi gas domestik dan kemudahan perizinan," imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Ratna Juwita menilai, untuk mempercepat selesainya proyek GRR Tuban ini, yang saat ini dibutuhkan adalah akses transportasi. Menurutnya, dibutuhkan jalan tol dan restrukturisasi jalur kereta api.
"Untuk sampai ke Tuban, Kabupaten Tuban 3 jam dari Surabaya, bayangkan kalau peak season sudah sampai, saya nggak kebayang mau dilewatkan ke mana dump truck gede-gede yang harus bawa material dan lain-lain," tuturnya.
Ratna mengatakan, akan melakukan sinergi dengan Kementerian ESDM dan akan memperjuangkan ini ke Banggar agar diberikan akses ini, sehingga target penyelesaian GRR Tuban tidak lagi mundur.
"Dibutuhkan percepatan GRR bisa segera dilaksanakan supaya target molor onstream (beroperasi), kemarin (disebut) 2026, sudah dikonfirmasi (menjadi) molor 2027, supaya tidak sampai molor lagi, kita bisa kurangi impor BBM dan jaga neraca keuangan kita," tegasnya.
Perlu diketahui, proyek GRR Tuban ini diperkirakan membutuhkan investasi sebesar US$ 16 miliar atau sekitar Rp 230,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$). Proyek Kilang Tuban ini akan memproduksi minyak dengan kualitas standar Euro 5.
Proyek ini akan memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah 300 ribu barel per hari (bph) dan memproduksi sekitar 98 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 15,6 juta liter per hari diesel, 80 ribu barel per hari (bph) atau sekitar 12,8 juta liter per hari bensin, 27 ribu bph atau sekitar 4,3 juta liter per hari avtur, dan sekitar 4,25 juta ton per tahun petrokimia, seperti ethylene glycol, polypropylene, paraxylene, polyethylene, dan styrene.
Proyek ini diperkirakan akan menyerap 20 ribu tenaga kerja saat puncak masa konstruksi dan 2.500 orang saat beroperasi.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Butuh Duit Ratusan Triliun, Dana Jadi Masalah Klasik Kilang
