
Lebaran Lewat, Harga Daging Sapi Mulai Jinak, Tapi...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan bahan pangan diperkirakan masih menjadi kontributor utama inflasi bulan ini. Walau masih tinggi tetapi harga daging ayam maupun daging sapi sudah berangsur turun dari puncak tertingginya menjelang lebaran Idul Fitri pertengahan Mei lalu.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional menunjukkan, untuk 1 kg daging ayam ras segar harganya dipatok di Rp 37.850. Dua hari sebelum lebaran tepatnya pada 11 Mei rata-rata harga bahan pokok ini sempat mencapai Rp 39.000/kg.
Apabila dibandingkan dengan harga tertingginya daging ayam sudah turun 3,1%. Namun dalam sebulan terakhir harga bahan utama masakan opor khas hari raya ini masih naik 3% mengingat kala itu rata-rata harga daging ayam ras segar nasional masih di bawah Rp 37.000/kg.
Permasalahan daging ayam Indonesia yang lebih mahal daripada negara tetangga bahkan Eropa sempat menjadi diskusi hangat. Tingginya harga jagung sebagai pakan ayam menjadi pemicu utama 'mahalnya' harga daging ayam di Indonesia.
Sempat beredar isu bahwa ke depan mau tak mau Indonesia akan mengimpor bahan pangan utama masyarakat Indonesia ini. Ada pula yang merekomendasikan RI mulai harus mengimpor jagung dari luar negeri karena rata-rata harga jagung internasional bisa 70% lebih rendah dari harga lokal untuk menyelesaikan masalah kronis ini.
Belum ada kelanjutan terkait kebijakan tersebut dan menuai pro-kontra dari berbagai kalangan. Berdasarkan survei dan perkiraan Bank Indonesia (BI) harga daging ayam berpeluang menyumbang inflasi bulan Mei sebesar 0,07% (mom) dan menjadi kontributor terbesar inflasi dari kelompok bahan pangan.
Setali tiga uang dengan daging ayam, harga daging sapi di berbagai pasar tradisional Tanah Air juga melejit semasa puasa dan lebaran April-Mei. Selain opor, tradisi masyarakat Indonesia adalah memasak rendang yang bahan utamanya adalah daging sapi.
Permintaan daging yang melonjak di tengah tingginya harga daging impor membuat harga daging sapi di pasar tradisional domestik sempat mencapai Rp 137.000/kg. Padahal dalam kondisi normal biasanya harga untuk kualitas I dipatok di Rp 125.000/kg.
Per kemarin, harga daging sapi sudah mulai melandai. Untuk 1 kg dibanderol di Rp 128.900/kg. Harga daging sudah turun 5,9% dibanding puncak tertingginya H-2 lebaran. Namun dalam sebulan juga masih naik 2,79%. Daging sapi diperkirakan bakal menyumbang inflasi bulan Mei sebesar 0,03% (mom).
Selain ayam dan sapi bahan pangan lain yang juga bakal menyumbang inflasi adalah minyak goreng. Harga minyak goreng curah sebulan terakhir naik 3,59%. Bahkan harga terus naik meski lebaran telah usai. Di pasar tradisional, rata-rata harga minyak goreng tembus Rp 14.400/kg.
Kenaikan harga minyak goreng dipicu oleh kenaikan permintaan di tengah tingginya harga minyak sawit mentah sebagai bahan baku utama pembuatan minyak goreng untuk konsumsi.
Bahan pangan lain yang juga mengalami kenaikan harga adalah jeruk yang juga diperkirakan berperan dalam menyumbang inflasi sebesar 0,02 % (mom) bersama minyak goreng.
Sementara itu kenaikan harga kelapa, kangkung bayam, kentang, udang basah, ikan dan tongkol masing-masing menyumbang inflasi bulan Mei sebesar 0,01% (mom).
Harga cabai rawit yang tadinya pedas kini konsisten terus mengalami penurunan. Harga cabai rawit sempat tembus Rp 100.000/kg. Namun kini harganya sudah ke kisaran Rp 50.000/kg.
Menurut BI peran terbesar penyumbang inflasi bulan Mei adalah kenaikan tarif angkutan antarkota yang sumbangsihnya sebesar 0,11%. Meskipun ada larangan mudik, tetapi masih banyak juga masyarakat yang kekeuh untuk pulang kampung. Seperti biasa momentum ini dibarengi dengan naiknya tarif angkutan umum.
Harga emas dunia yang perlahan mulai naik juga membuat harga emas domestik ikut terangkat dan berpeluang menyumbang inflasi sebesar 0,02%.
Dalam survei pemantauan harganya, BI meramal inflasi Mei sebesar 0,33% (mom). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Mei 2021 secara tahun kalender sebesar 0,91% (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,69% (yoy).
Secara tahunan perkiraan inflasi Mei masih lebih tinggi dibanding April. Namun tetap berada di bawah sasaran target BI yang dipatok di 3% plus minus 1 poin persentase.
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Cabai, Harga Daging Sampai Telur Ayam 'Terbang'
