
Heboh Virus Corona Anjing di Malaysia, Ini Faktanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Virus corona (Covid-19) terus dikaji para penelitian di dunia. Apalagi, sebelum Covid-19 menyerang, jenis-jenis virus corona lainnya juga sudah pernah muncul di dunia seperti SARS dan MERS.
Akhir-akhir ini muncul sebuah rilis penelitian yang cukup mengejutkan. Para ilmuwan dan akademisi Institut Kesehatan Global Universitas Duke, Inggris, menyatakan bahwa mereka pernah menemukan sebuah jenis virus corona baru yang bernama "Virus Taring".
Berikut faktanya:
1.Ditemukan di Serawak Malaysia Tahun 2018
Virus ini ditemukan oleh ilmuwan dari beberapa kejadian pneumonia di Malaysia antara tahun 2017 hingga 2018. Awalnya, para ilmuan menggunakan alat pada tes usap hidung yang diambil dari pasien pneumonia dari rumah sakit di Sarawak, Malaysia.
Saat itulah ditemukan bahwa delapan dari 301 sampel tampaknya memiliki "Virus Taring". Penemuan ini mengejutkan, penelitinya Professor Gregory Gray dari Universitas Duke mengkonfirmasinya dan bekerja sama dengan ilmuwan ahli virologi terkemuka Anastasia Vlasova di Ohio State University.
2.Ditularkan Anjing
Virus ini diprediksi muncul dari anjing kepada manusia. Meski sebagian besar berasal dari anjing tetapi juga memiliki komponen kucing dan babi.
"Itu menunjukkan beberapa mutasi yang konsisten dengan beradaptasi dengan transmisi di antara manusia. Tetapi tidak diketahui berapa lama evolusi ini mungkin berlangsung - mungkin puluhan tahun, mungkin tidak pernah," kata Professor Gregory Gray dari Universitas Duke kepada AFP, dikutip Minggu (23/5/2021).
3.Disebut CCov-HuPn-2018
Berbeda dengan Covid-19 yang virus corona-nya disebut severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2), virus ini diberikan nama sendiri. Peneliti memberi nama ilmiah CCov -HuPn-2018
Halaman 2>>
4. Pasien Sembuh
Meski semua pasien masuk ke rumah sakit, mereka berhasil sembuh dari pneumonia dan dipulangkan. Walau demikian, peneliti menilai hal tersebut tidak berarti virus disepelekan.
"Tapi dirawat karena pneumonia secara umum berarti Anda cukup sakit, dokter mengkhawatirkan Anda," tambah Gray.
"Fakta bahwa tim tersebut dapat mendeteksi virus anjing pada manusia dalam apa yang pada dasarnya merupakan studi percontohan kecil, bersama dengan temuan serupa baru-baru ini dari kelompok penelitian lain, dapat menunjukkan masalah yang jauh lebih besar," tegasnya.
5. Mutasi Mirip SARS dan SARS-CoV-2
Ahli virologi Anastasia Vlasova di Ohio State University sempat meragukan temuan Prof Gray. Vlasova mengatakan kasus seperti ini belum pernah dilaporkan.
Namun, setelah diteliti, virus itu memiliki mutasi yang sangat unik dan mirip dengan mutasi yang ada pada virus SARS dan SARS-CoV-2. Ia meyakini bahwa mutasi itulah yang membantu virus corona baru ini menginfeksi dan bertahan hidup di tubuh manusia.
"Kami menemukan mutasi yang sangat, sangat unik, atau penghapusan, dalam genom. Ini adalah mutasi yang sangat mirip dengan yang sebelumnya ditemukan pada virus corona SARS dan di (versi) SARS-CoV-2 (yang muncul) segera setelah diperkenalkan ke populasi manusia," kata Vlastova.
6. Pro Kontra
Meski penelitian Univeristas Duke menyebutkan adanya penularan, pro kontra terjadi tentang apakah ia benar-benar menulari manusia. Ahli virologi Universitas Arkansas Xuming Zhang mengatakan belum menemukan adanya bukti.
"Belum ada bukti penularan dari manusia ke manusia," ujarnya.
Sampai saat ini, bagaimana pasien terinfeksi juga belum diketahui. Tetapi, bisa jadi mereka melakukan kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada, Virus Corona Anjing Ditemukan di Pasien Malaysia
