
Gaza Sudah Gencatan Senjata, Tapi Perih Itu Tetap Ada

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak 10 Mei, Militer Israel membombardir wilayah Gaza melalui serangan udara. Serangan yang berlangsung selama 11 hari ini menyebabkan banyak kematian dan kehancuran.
Beberapa orang yang selamat dari serangan udara Israel di Gaza menceritakan bagaimana mereka berduka dengan banyaknya anggota keluarga yang tewas akibat serangan Israel. Dikatakan banyak korban anak-anak dan beberapa jasad harus ditarik dari puing-puing.
Mohammed al-Hadidi (37) menceritakan bahwa istrinya, Maha al-Hadidi (36) membawa keempat anak mengunjungi rumah paman mereka di kamp pengungsi Shati Kota Gaza pada Jumat (14/5/2021) lalu. Mereka ke sana untuk merayakan Idul Fitri.
Namun nahas, sebagian besar keluarga meninggal malam akibat pemboman Israel.
"Mereka memakai baju lebaran, mengambil mainan mereka dan pergi merayakan hari kedua Idul Fitri bersama anak paman mereka. Kemudian mereka menelepon saya meminta untuk tidur di sana, saya menerimanya, mereka sangat gembira," kata al-Hadidi kepada Al Jazeera.
Al-Hadidi tinggal hanya beberapa meter dari tempat tidur anak-anaknya. Namun saat terjadinya pemogokan pada Sabtu (15/5/2021) pukul 1 pagi di daerah padat dekat pantai tersebut, Al-Hadidi keluar untuk melihat apa yang terjadi.
"Saya hendak pergi ke jalan untuk melihat apa yang terjadi ketika salah satu teman tetangga saya menelepon dan mengejutkan saya dengan memberitahu bahwa rumah paman dan anak-anak saya telah menjadi sasaran," katanya.
Maha dan anak-anak mereka Abdel-Rahman (8), Suhaib (14) dan Yahya (11) tewas. Tak hanya itu, saudara laki-laki Maha, Youssef Abu Hatab dan istrinya Yasmin Hassan (31), serta dan ketiga anak mereka Yamen (5), Bilal (10) dan Youssef (11) juga tewas dalam serangan itu.
Hanya putra Al-Hadidi dan Maha, yang berusia lima bulan, selamat.
"Tim penyelamat mengambil anak saya yang berusia lima bulan dari pelukan ibunya yang ditemukan tewas di bawah reruntuhan," ujar al-Hadidi. Bayi itu selamat tetapi wajahnya terluka dan kaki kanannya patah.
"Mereka tidak memperingatkan mereka, misil tiba-tiba menghantam rumah. Apa yang telah dilakukan anak-anak saya terhadap mereka? Apakah anak berusia lima bulan ini meluncurkan roket ke arah (Israel)?" katanya.
Di hari yang sama, Farhha Ibrahim Khalil Junaid (38) sedang berada di dapur ketika dia mendengar suara rudal drone yang menghantam sepeda motor di jalan dekat rumahnya.
"Dua putra saya (Mohammed, 11,dan Salem, 17) yang bermain di atap mulai berteriak kepada saya: 'Bu! ... Saudara-saudara kita mati di jalan!'"
Junaid membeku beberapa saat karena terkejut, lalu lari ke jalan dan menemukan putranya Musa (19) terbaring di tanah. Pecahan peluru telah menembus jantungnya, dan dia langsung tewas di tempat.
Putranya yang lain, Wasim (21) terluka parah akibat pecahan peluru di kepala dan kakinya. Sementara putranya yang berusia lima tahun, Ibrahim, terluka oleh pecahan peluru di perutnya.
Dia juga menemukan dua orang tewas di atas sepeda motor, dan tujuh orang lainnya terluka tergeletak di tanah, termasuk anak-anak. Satu-satunya toko di dekat rumahnya hancur.
"Ibrahim tidak bisa makan apa-apa, dia hidup dari air dan perlu segera dipindahkan ke rumah sakit Mesir untuk perawatan yang lebih baik," kata Junaid. "Wasim masih belum tahu kalau kakaknya sudah syahid."
Dia mengatakan Wasim juga membutuhkan perawatan medis di luar Gaza.
"Wasim adalah murid yang cerdas. Sekarang dia sedang belajar IT di tahun ketiga. Musa, yang meninggal, sedang belajar di tahun pertamanya di universitas yang dia inginkan untuk menyelesaikan gelar sarjana akuntansi. Dia memimpikan masa depan yang lebih baik," katanya.
"Kegembiraan hidup saya hilang," kata suaminya, Khamis Junaid (38), seorang tukang listrik. "Saya berdoa agar tidak ada orang tua lain yang menghadapi kehilangan dan kesedihan yang saya hadapi."
Pertempuran terjadi setelah melonjaknya ketegangan atas ancaman pengusiran paksa warga Palestina di Yerusalem Timur oleh Israel. Sebelumnya pasukan Israel menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dan melukai ratusan pengunjuk rasa Palestina.
Melihat agresi Israel, Hamas, kelompok utama Palestina di jalur Gaza, membalasnya dengan menembakkan roket ke arah Israel.
Dilaporkan lebih dari 200 orang menjadi korban dalam pertempuran selama 11 hari terakhir antara Israel dan dua kelompok utama Palestina di jalur Gaza, Hamas dan Jihad Islam.
Laporan pejabat kesehatan di Gaza pada Jumat (21/5/2021) menyatakan setidaknya 232 warga Palestina, termasuk 65 anak-anak, tewas sejak pertempuran dimulai pada 10 Mei tersebut. Selain itu ada lebih dari 1.900 orang terluka dalam pemboman udara.
Sementara sebanyak 12 orang Israel, termasuk dua anak, tewas. Israel juga mengatakan telah menewaskan sedikitnya 160 pejuang di Gaza, sebagaimana dilaporkan Aljazeera dan Reuters.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bom Israel Hantam Gaza Lagi, Distrik Paling Aman Jadi Puing