Booming Komoditas, Ribuan Orang Nganggur Bakal Kerja Lagi!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
20 May 2021 16:20
Pertambangan bauksit PT Aneka Tambang (Antam)‎ (Persero) di Tayan Hilir, Kalimantan Barat (Kalbar), (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul Anwar)
Foto: Pertambangan bauksit PT Aneka Tambang (Antam)‎ (Persero) di Tayan Hilir, Kalimantan Barat (Kalbar), (CNBC Indonesia/Muhammad Choirul Anwar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 membuat banyak sektor bisnis terpuruk. Begitu juga di sektor alat berat dan industri pendukung lainnya yang juga terimbas sehingga harus merumahkan ribuan karyawan yang terlibat dari tahun lalu.

Namun, memasuki 2021 ada titik terang dari industri ini karena ada kebangkitan harga komoditas yang memicu kenaikan permintaan. Perusahaan berat akan mempekerjakan lagi ribuan karyawan yang selama ini dirumahkan.

Ketua Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin, menjelaskan saat pandemi tahun lalu produksi alat berat memang berat hanya 3.400 unit, permintaan dari sektor tambang, konstruksi, agrikultur dan kehutanan sangat minim. Sehingga pengusaha harus melakukan pemangkasan karyawan.

"Karena pandemi perusahaan industri alat berat dan turunannya harus merumahkan hampir 4.000 - 4.500 orang tenaga kerja diseluruh perusahaan alat berat," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/3/2021).

Jamaluddin menjelaskan saat ini ada 62 perusahaan di sektor produksi alat berat beserta turunannya, dengan total 24 ribu orang pekerja.

Kabar baiknya, ada peningkatan harga dan produksi komoditas tambang dan sawit memberi angin segar setelah satu tahun lebih terpuruk bagi produksi alat berat. Di yakini Indonesia masuk periode supercycle, dimana harga dimana harga beberapa komoditas naik secara signifikan.

Hal ini membuat produksi alat berat akan kembali digenjot. Produksi alat berat akan kembali digenjot, yang sebelumnya ditarget naik 30% atau 4.500 unit, bisa menjadi 6.000 unit di tahun ini.

"Bukan tanpa masalah, kita harus cari lagi SDM sedang kekurangan dengan kondisi Covid - 19 ini, nanti SDM kita rekrut lagi," jelasnya.

Sementara itu masalah kedua, Jamaludin menjelaskan ada permasalahan dari kekurangan material produksi alat berat dari negara produsen.

"Sourcing material tidak mencukupi kadang ada kadang tidak itu menjadi kendala juga," katanya.

Walaupun sudah menggeliat industri alat berat juga minta dukungan insentif dari pemerintah. Jamaluddin mengatakan walaupun industri alat berat yang sedang bergeliat ini juga masih butuh bantuan stimulus dari pemerintah. Alat berat iri dengan industri otomotif yang mendapat insentif pengurangan PPnBM sehingga dorongan penjualan mobil saat ini moncer.

"Kenapa alat berat tidak bisa dapat? Saya rasa ini perlu di dorong pada momen saat ini, harapannya ada harmonisasi tarif bea masuk, saya sudah ajukan ini sehingga bisa di diskusikan dengan bea cukai. Komponen seperti baut baja itu tax-nya tinggi, saya minta ini hanya untuk spesial material yang tidak bisa didapat di Indonesia," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek! Daftar Raja Komoditas-Komoditas Tambang Andalan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular