Nikel-Tembaga Menggeliat, RI Disebut Dibanjiri Calon Investor

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 May 2021 13:07
A worker uses the tapping process to separate nickel ore from other elements at a nickel processing plant in Sorowako, South Sulawesi Province, Indonesia March 1, 2012. REUTERS/Yusuf Ahmad
Foto: REUTERS/Yusuf Ahmad

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas tambang kini sedang mengalami super siklus, di mana harga-harganya membubung tinggi dan diperkirakan bertahan dalam waktu lama.

Harga tambang yang melonjak di antaranya batu bara, emas, nikel, hingga tembaga. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor barang tambang?

Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto mengatakan, kenaikan harga berdampak positif terhadap Indonesia. Dia menyebut, banyak calon investor yang menyampaikan minatnya untuk berinvestasi di sektor hilir tambang di negara ini.

"Kita lihat banyak kok sekarang yang menyatakan minat untuk masuk ke sektor hilir," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (20/05/2021).

Dia berpandangan, tren naiknya minat investasi di sektor hilir karena terkait dengan kebutuhan dari komponen kendaraan listrik. Dia pun mengatakan beberapa calon investor yang telah berdiskusi dengan pihaknya cenderung mempertanyakan kebijakan pemerintah terkait hilirisasi tambang.

"Saya lihat arahnya ke arah sana (hilirisasi tambang) terkait kebutuhan mobil listrik dan lainnya. Komoditas tambang akan memegang peran penting," ujarnya.

Melihat tren ini, menurutnya pemerintah tidak tinggal diam. Dia mengatakan, pemerintah akan terus memberikan informasi terkait kebijakan di sektor hilir tambang ini. Terlebih, imbuhnya, investasi di sektor hilir angkanya sangat besar, bisa mencapai miliaran dolar per proyek.

"Dari sisi kita, kita coba address pertanyaan mereka dengan Kementerian Investasi, BKPM, apa yang mereka tanyakan, concern apa, kandidat lokasi, insentif apa yang diberikan, so far begitu, sampai saat ini lumayan berhasil," jelasnya.

Seto menekankan jika Indonesia memiliki cadangan di sektor pertambangan yang besar dan biaya produksi yang kompetitif.

"Kan memang kita ada cadangan besar dan biaya produksi yang kompetitif," tuturnya.

Seperti diketahui, beberapa komoditas tambang kini sedang mengalami lonjakan harga, seperti nikel, tembaga, emas, hingga batu bara.

Berdasarkan data Bank Indonesia, setidaknya ada lima komoditas tambang yang indeks harganya melonjak pada kuartal I 2021 ini, antara lain batu bara, timah, tembaga, nikel, dan aluminium. Indeks harga ini menunjukkan apakah komoditas tersebut mengalami kenaikan atau penurunan harga dan seberapa besar perubahannya.

Pada kuartal I 2021, indeks harga tembaga mencapai 50,3, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2020 yang sebesar 21,6 atau bahkan periode yang sama tahun lalu atau kuartal I 2020 yang -7,8.

Sementara indeks batu bara mencapai 19,5 pada kuartal I 2021, jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2020 yang -8,0. Sementara indeks harga nikel membubung menjadi 37,9 pada kuartal I 2021 dari 3,8 pada periode yang sama tahun lalu.

Indeks timah sebesar 46,1 pada kuartal I 2021, meroket dibandingkan periode yang sama tahun lalu -17,2. Adapun aluminium sebesar 22,9 pada kuartal I 2021, meningkat dibandingkan -5,8 pada pada kuartal I 2020.

Bila dibandingkan dengan indeks harga komoditas ekspor Indonesia pada kuartal I 2021 23,7, artinya indeks harga komoditas tambang tersebut rata-rata melampaui indeks harga komoditas ekspor negara ini.

Sedangkan data per April 2021 menunjukkan, indeks harga tembaga 38,4, batu bara 44,8, nikel 25,9, timah 40,8, dan aluminium 23,2. Adapun indeks harga komoditas ekspor Indonesia per April 2021 29,0.

Berdasarkan data Bank Mandiri, harga sejumlah komoditas pada 2021 ini diproyeksikan lebih tinggi dibandingkan 2020 lalu. Harga batu bara misalnya, diproyeksikan rata-rata mencapai US$ 87,6 per ton, meningkat dibandingkan harga rata-rata pada 2020 yang sebesar US$ 60,3 per ton.

Lalu, harga nikel diperkirakan mencapai US$ 15.215 per ton pada 2021 dari US$ 13.862 per ton pada 2020. Sementara emas diperkirakan mencapai US$ 2.084 per troy ons pada 2021 dari US$ 1.772 per troy ons pada 2020.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gak Cuma China, RI Bakal Gaet Eropa-AS di Proyek Smelter

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular