Internasional

Pecah Telor! AS & Rusia Deal, Biden-Putin Kopi Darat di Eropa

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
20 May 2021 09:05
lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/
Foto: lustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Meski memiliki banyak perbedaan pandangan, Amerika Serikat (AS) dan Rusia rupanya menyatakan siap untuk bekerja sama. Hal ini terlihat dalam pertemuan antara menteri luar negeri (menlu) kedua negara pada Rabu (19/5/2021), yang merupakan pertemuan pertama sejak Presiden AS Joe Biden memimpin.

"Terlepas dari banyak perbedaan, pandangan kami adalah bahwa jika para pemimpin Rusia dan Amerika Serikat dapat bekerja sama secara kooperatif ... dunia bisa menjadi tempat yang lebih aman dan terjamin," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di awal pembicaraan dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Reykjavik, dikutip Kamis (20/5/2021).

"Tetapi jika Rusia bertindak agresif terhadap kami, mitra kami, sekutu kami, kami akan merespons," ujar Blinken, menegaskan kembali bahwa Washington menginginkan hubungan yang dapat diprediksi dan stabil dengan Moskow.

Mendengar hal tersebut, Lavrov menjawab Rusia siap untuk membahas semua masalah tanpa terkecuali. Ia juga menambahkan diskusi antara kedua negara harus jujur dan berdasarkan rasa saling percaya.

Lavrov menekankan perlunya "membangun dan memelihara jembatan dan dialog". Ia juga mengatakan siap untuk membangun hubungan dari "melalui puing-puing yang tersisa dari pemerintahan AS sebelumnya" untuk memastikan berfungsinya misi diplomatik AS dan Rusia.

Sementara Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan bahwa masih ada beberapa rintangan yang harus dilewati. Ia mengaku masih perlu menganalisis sepenuhnya bagaimana AS memandang agenda saat ini.

Dilansir dari AFP, sejak menjabat, Biden telah mengambil sikap tegas terhadap Rusia, bahkan menggambarkan Putin sebagai "pembunuh". Ini sangat kontras dengan pendahulunya Donald Trump, yang dituduh berpuas diri terhadap pemimpin Rusia tersebut.

Tetapi ada tanda-tanda kedua belah pihak berusaha untuk menenangkan satu sama lain. Tepat sebelum pertemuan di Reykjavik, yang mengumpulkan negara-negara berbatasan dengan Kutub Utara, Gedung Putih mengumumkan tidak akan memberikan sanksi kepada perusahaan utama yang terlibat dalam proyek pipa gas Nord Stream 2.

Ini merupakan proyek yang kontroversial antara Rusia dan Jerman, Nord Stream AG, dan direktur pelaksananya. Sanksi masih direncanakan terhadap beberapa entitas, tetapi pemerintahan Biden ingin menghindari pertentangan dengan Berlin.

Selain itu, ini juga akan membantu Moskow, membersihkan hambatan utama bagi proyek pipa untuk terus berjalan meskipun ada penentangan. Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada prinsipnya telah sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak pertama mereka, yang kemungkinan terjadi pada Juni di negara Eropa, setelah pertemuan G7 dan para pemimpin NATO.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas! Biden Usir 24 Diplomat Rusia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular