
RI Dapat Durian Runtuh: Emas, Tembaga Hingga Nikel Meroket

3. Nikel
Harga nikel sejak akhir tahun lalu hingga kini terus menanjak naik di atas US$ 16.000 per ton. Di awal 2021 harga nikel di London Metal Exchange sebesar US$ 17.344 per ton, lalu terus menanjak hingga akhirnya menembus rekor tertinggi pada 22 Februari 2021 yang mencapai US$ 19.689 per ton.
Meski setelahnya turun kembali, namun rata-rata masih berkisar US$ 16.000-an per ton dan pada Mei ini menunjukkan adanya perbaikan kembali. Pada 10 Mei harga nikel di LME sempat menyentuh US$ 18.070 per ton, dan pada perdagangan Selasa (18/05/2021), harga nikel menyentuh US$ 18.142 per ton, meningkat dari Senin (17/05/2021) yang tercatat sebesar 17.723 per ton.
Namun demikian, harga ini masih lebih tinggi dibandingkan kondisi pada 2020, di mana harga tertinggi pada 15 Desember 2020 yang sebesar US$ 17.650 per ton, namun terendah pada 23 Maret 2020 yang hanya sebesar US$ 11.055 per ton. Adapun rata-rata harga nikel di LME pada 2020 yakni sekitar US$ 12.000-13.000 per ton.
Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks harga nikel membubung menjadi 37,9 pada kuartal I 2021 dari 3,8 pada periode yang sama tahun lalu.
Data Bank Mandiri juga menyebutkan bawah harga nikel pada tahun ini diperkirakan rata-rata akan menyentuh US$ 15.215 per ton pada 2021 dari US$ 13.862 per ton pada 2020.
Dengan memproduksi puluhan juta ton bijih nikel per tahunnya, Indonesia seharusnya mendulang emas dari kenaikan harga nikel ini.
Untuk nickel pig iron (NPI), pemerintah menargetkan produksi dan penjualan sebesar 901.080 ton pada 2021 ini, naik dari realisasi produksi pada 2020 yang sebesar 860.484,35 ton dan penjualan 179.697,18 ton.
Sementara produksi dan penjualan feronikel pada tahun ini ditargetkan naik menjadi 2.107.071 ton dari produksi pada 2020 yang sebesar 1.479.970,98 ton.
Sedangkan untuk nickel matte pada 2021 ini ditargetkan diproduksi dan dijual 78 ribu ton. Sementara produksi nickel matte pada 2020 mencapai 91.704,76 ton dan penjualan 72.845,53 ton.
(wia)