Round Up Berita

RI Dapat Durian Runtuh: Emas, Tembaga Hingga Nikel Meroket

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 May 2021 08:45
Ilustrasi batu tembaga. (Dok: Detikcom/Dikhy Sasra)
Foto: Cover Topik/Tambang Nikel/Edward Ricardo

2. Tembaga

Kenaikan harga tembaga dalam kurun waktu dua bulan terakhir mestinya membuat RI semakin kaya raya. Di awal Mei 2021, tepatnya tanggal 6 Mei 2021, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) tembus di level US$ 10.025 per metrik ton (MT).

Tak berhenti di situ, harga tembaga terus saja naik, bahkan pada tanggal 10 Mei pekan lalu sempat menyentuh US$ 10.724,5 per MT, meski pada 14 Mei harus turun ke level US$ 10.212 per MT. Pada perdagangan Selasa (18/05/2021), harga tembaga kembali naik menjadi US$ 10.465 per ton.

Dalam jangka panjang harga tembaga digadang-gadang masih akan terus menunjukkan tren positif. Harganya berpotensi menyentuh US$ 20.000 per MT di 2025. Proyeksi ini berdasarkan analisis Bank of America (BofA), seperti dilansir dari CNBC International.

Berdasarkan data Bank Indonesia, indeks harga tembaga pada kuartal I 2021 mencapai 50,3, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV 2020 yang sebesar 21,6 atau bahkan periode yang sama tahun lalu atau kuartal I 2020 yang -7,8.

Kementerian ESDM menargetkan produksi katoda tembaga pada tahun ini sebesar 291.000 ton dan penjualan 296.000 ton.

Jika harga jual rata-rata tembaga mencapai US$ 10.000 per ton, artinya Indonesia bisa mendapatkan penghasilan US$ 2,96 miliar atau sekitar Rp 41,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per US$) dari penjualan katoda tembaga.

Itu pun baru hasil penjualan logam atau katoda tembaga, belum termasuk konsentrat tembaga yang masih diekspor PT Freeport Indonesia dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara.

PT Freeport Indonesia, sebagai produsen tembaga terbesar RI, tahun ini menargetkan produksi konsentrat tembaga mencapai 1,4 miliar pon, meningkat dari produksi di 2020 yang sebesar 800 juta pon.

Adapun katoda tembaga ini diproduksi oleh PT Smelting, yang mengoperasikan smelter tembaga di Gresik, Jawa Timur. PT Smelting ini dimiliki oleh Mitsubishi Materials Corporation (MMC) dan PT Freeport Indonesia.

Smelter ini mengolah 1 juta metrik ton konsentrat tembaga per tahun menjadi katoda tembaga sekitar 300 ribu ton per tahun. Smelter ini mengolah 40% dari produksi konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia.

Berdasarkan data Freeport McMoran, produksi bijih tembaga PT Freeport Indonesia dari Grasberg Block Cave dan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) diperkirakan mencapai 98.5000 metrik ton bijih per hari.

(wia)
Next Page
3. Nikel
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular