
Pakar Epidemi: Jangan Percaya Data Covid-19 RI Melandai

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dinilai belum memiliki sistem pelaporan data yang memadai, dalam hal ini terkait dengan data Covid-19.
"Melihat data, saat ini tren menurun, kita berhasil, tingkat RS turun, itu gambaran tidak memahami apa itu Indonesia," ujar Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (11/5/2021).
Sistem laporan Indonesia yang belum memadai dan belum cukup kuat untuk dijadikan rujukan. Hal ini terlihat dari angka kasus harian yang saat ini di kisaran 5 ribu kasus, tidak dilakukan pelacakan yang berarti.
"Katakan 5.000 kasus harian itu ditindak lanjuti dengan minimal 20 pelacakan. Minimal dari 5 ribu kasus itu kita akan melakukan tracing sekitar 100 ribu dalam kurun waktu 3x 24 jam," tegasnya.
Ada dua pemodelan yang dibuat untuk kasus di Indonesia. Merujuk pada pemodelan tersebut saat ini seharusnya Indonesia berada di kisaran 80 ribu kasus per hari. Bahkan, merujuk pemodelan matriks, diperkirakan kasusnya mencapai 100 ribu per hari.
"Data sekarang berbahaya, orang jadi abai. Orang merasa baik-baik. Miss management dalam data, implikasinya sangat serius, menjadi miss interpretasi. Kemudian miss strategi, otomatis salah strategi," ujarnya.
Dia menegaskan, jangan terbuai dengan angka okupansi Rumah Sakit yang melandai. sebab, berdasarkan riset, 80% penduduk Indonesia jika sakit akan berdiam diri di rumah. Inilah yang membuat data di lapangan, angka saat ini menunjukkan pertambahan kasus harian cenderung melandai tidak ada lonjakan.
"Ketika sudah melonjak sudah terlambat banget. Sangat bisa seperti India," tegasnya.
(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tiga Tahun Pandemi, Warga Wuhan Sudah Nggak Takut Covid