
Blak-blakan Kang Emil Soal 'Wisata Boleh Tapi Mudik Dilarang'

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Provinsi Jawa Barat Mochamad Ridwan Kamil memberikan penjelasan perihal kritik masyarakat terhadap langkah pemerintah melarang mudik, namun membolehkan pembukaan tempat wisata.
Dalam diskusi yang disiarkan di kanal Youtube BNPB, Rabu (5/6/2021), dia mengatakan kalau sesuai kesepakatan, pariwisata ditiadakan di zona merah dan oranye. Sementara yang diizinkan hanya di zona kuning dan hijau. Hal tersebut sejalan dengan instruksi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
"Termasuk juga salat Idulfitri kalau zona merah itu dilaksanakan di rumah masing-masing, kalau di zona lainnya itu diselenggarakan di masjid maksimal kira-kira begitu. Saya kira harusnya sama juga Jawa Tengah, Jawa Timur karena itu arahan serempak dari kepolisian dan kesepakatan pusat. Jadi kami melaksanakan itu," kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.
"Selama dia zona merah artinya salat Idulfitri pun di rumah, pariwisata pun ditutup. Kalau dia zona oranye pariwisata ditutup, tapi salat Idulfitri masih boleh maksimal di masjid," lanjutnya.
Eks Wali Kota Bandung itu bilang kalau lebih mudah mengontrol ruang publik. Sebab, ada pengelola.
"Jadi kalau dia bandel, dia melanggar, tinggal ditutup, didenda, disanksi, sesuai urutan. Ada lisan, administrasi, dan juga nanti tuntutan," ujar Kang Emil.
Hal berbeda dengan mengontrol ruang privat yang dipicu oleh mudik.
"Ada jutaan ruang-ruang pribadi tiba-tiba diserbu orang-orang yang migran kan. Itu gimana kita mengontrol? Pemerintah pasti kan nggak mungkin. Masyarakat kan suka ngebanding-bandingin. Kenapa mudik dilarang, tapi pariwisata dibuka kan begitu. Kan gak semua pariwisata, pariwisata itu kan pilihan. Kalau mudik itu buat kultur kita kan kewajiban," kata Kang Emil.
"Kedua dia di ruang privat, kalau sudah jumlahnya masif di ruang privat, tidak ada instrumen negara yang bisa mengontrol masuk ke ruang-ruang privat. Makanya susah. Tapi kalau ruang publik, walaupun kemarin ramai-ramai kan jadi pelajaran untuk ditegur, untuk disanksi, dan sebagainya. Jadi relatif lebih mudah," lanjutnya.
(miq/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ridwan Kamil: Ada Pabrik Pindah dari Jabar, Tapi Balik Lagi!