Harga Meroket, Tapi Produksi Batu Bara RI di Q1 Drop 4%

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
04 May 2021 12:35
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi produksi batu bara nasional pada kuartal I 2021 sebesar 143,69 juta ton, turun 4,12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 149,88 juta ton.

Hal tersebut tercantum dalam Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikutip CNBC Indonesia hari ini, Selasa (04/05/2021).

Bila dibandingkan dengan target produksi 2021 yang dinaikkan menjadi 625 juta ton, maka ini berarti realisasi produksi batu bara pada kuartal I 2021 baru sebesar 22,9% dari target tahun ini.

Berdasarkan data MODI tersebut, produksi terlihat lebih tinggi pada Maret 2021 yakni mencapai 49,46 juta ton, meningkat dari Februari yang sebesar 45,70 juta ton dan Januari 48,55 juta ton.

Bila dibandingkan dengan kuartal I 2020, trennya memang menunjukkan hal serupa, yakni produksi Maret lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya. Namun produksi pada awal tahun 2020 tersebut sudah lebih tinggi dibandingkan 2021 ini.

Produksi batu bara pada Januari 2020 mencapai 50,96 juta ton, lalu Februari turun menjadi 47,13 juta ton, dan Maret 2020 naik lagi menjadi 51,79 juta ton.

Dari sisi Harga Batu Bara Acuan (HBA), pada Januari 2021 sebesar US$ 75,84 per ton, lalu melesat menjadi US$ 87,79 per ton pada Februari, dan turun di Maret menjadi US$ 84,47 per ton.

Padahal, harga batu bara pada tahun ini melesat lebih tinggi dibandingkan HBA pada awal 2020 lalu. Berdasarkan data Kementerian ESDM, HBA pada Januari 2020 hanya berada di level US$ 65,93 per ton, lalu menanjak ke US$ 66,89 per ton pada Februari 2020, dan naik tipis ke US$ 67,08 per ton.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa harga menjadi pertimbangan dinaikkannya kuota produksi batu bara tahun ini oleh pemerintah.

"Sehingga, dari sisi pemerintah bisa menambah penerimaan negara. Tahun ini kondisi perekonomiannya lebih baik, sehingga akan mendorong penguatan demand, baik ekspor dan domestik," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (14/04/2021).

Berdasarkan informasi yang pihaknya peroleh, sebagian perusahaan telah mengajukan proposal revisi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) ke pemerintah untuk menaikkan produksi batu bara.

Pun demikian, ada juga perusahaan yang masih mengkaji dan belum memutuskan untuk melakukan revisi.

"Hal ini dimungkinkan karena pemerintah memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk mengajukan proposal revisi RKAB, diajukan paling cepat di awal kuartal II," jelasnya.

Direktur Keuangan Adaro Lie Luckman mengatakan, hingga saat ini Adaro tetap berpatokan pada rencana produksi tahun ini sekitar 52-54 juta ton. Pihaknya berhati-hati untuk menaikkan produksi karena untuk menjaga harga di pasar.

"Sampai saat ini saya pikir Adaro baru keluarkan guidance produksi 52-54 juta ton. Kita targetkan sambil nunggu produksi di market, sambil jaga harga pasar batu bara," tuturnya dalam konferensi pers, Senin (19/04/2021).

Dia berharap, jangan sampai karena pasokan batu bara membanjiri pasar, ini berdampak pada turunnya harga.

"Jangan sampai banjiri pasar yang bikin harga turun. Selalu kita jaga produksi batu bara dan harga," ujarnya.

Sementara itu, Suryo Eko Hadianto, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengungkapkan bahwa penambahan target produksi batu bara merupakan sebuah peluang bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi.

Dia menyebut, target produksi batu bara perseroan pada 2021 ini minimal sebesar 30 juta ton. Bahkan, menurutnya perseroan memiliki potensi produksi hingga 36 juta ton.

"Ini peluang bagi PTBA. Jelas PTBA akan sesuaikan peningkatan ini, akan kami manfaatkan setidaknya produksi 30 juta ton di tahun ini, minimal, tapi peluang lain akan kami jajaki dengan Kementerian ESDM supaya dapatkan peluang yang lebih besar," paparnya dalam konferensi pers secara daring, Jumat (30/04/2021).

Produksi batu bara PTBA selama kuartal I 2021 mencapai 4,5 juta ton dan penjualan batu bara sebanyak 5,9 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Naik, Produksi Batu Bara RI di 2021 Dipatok 550 Juta Ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular