
Ada 'Ledakan' Kerumunan Tanah Abang, Harus Sedih atau Happy?

Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir pekan lalu, Pasar Tanah Abang dibanjiri pengunjung. Kejadian ini di satu sisi menggambarkan ekonomi dalam negeri yang menggeliat. Tapi di sisi lain ada risiko peningkatan penyebaran virus hingga dikhawatirkan seperti yang terjadi di India.
Jadi haruskah sedih atau malah happy?
Dalam setahun terakhir, sejak covid-19 masuk ke Indonesia, pasar Tanah Abang tidak pernah seperti seramai itu. Aktivitas jual beli memang ada, namun cenderung sangat sepi, membuat pedagang menderita.
Kerumunan di salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara tersebut memang banyak pemicunya. Di antaranya vaksinasi kepada para pedagang sejak dua bulan lalu, sehingga banyak kios mulai kembali buka.
Hal lainnya adalah pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) ke Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun swasta. Ditambah dengan kerinduan untuk menggunakan baju baru jelang lebaran dua pekan lagi. Sehingga mendorong masyarakat berbondong-bondong berbelanja.
Ketua Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yasril Umar mengatakan, pedagang sangat menantikan kembali larisnya penjualan setelah lama tutup.
"Buat pedagang, keadaan seperti ini yang ditunggu-tunggu selama setahun lebih kita kena pandemi, bahkan tahun lalu kita sempat ditutup 3 bulan," kata Yasril dalam panggilan telepon dengan CNBC Indonesia pada Senin (3/5/2021).
Sebenarnya tidak hanya pasar Tanah Abang, namun juga beberapa pusat perbelanjaan dan mal ramai pengunjung kemarin. Dalam pantauan CNBC Indonesia seperti di Kota Kasablanca, Grand Indonesia, hingga AEON Serpong.
Kondisi ini sesuai dengan perkiraan pemerintah. Bahwa pada kuartal II-2021 yang meliputi April, Mei dan Juni terjadi lonjakan ekonomi. Bahkan diprediksi sampai di atas 7%. Faktor pendorongnya adalah konsumsi rumah tangga yang ditandai dengan belanja.
Riset dari Mandiri Institute menunjukkan, di April tingkat belanja masyarakat alami peningkatan, baik di supermarket, restoran maupun fesyen. Kalangan atas juga memberi peran besar, karena nominal belanjanya relatif sudah seperti sebelum pandemi. Kenaikan belanja terjadi di hampir semua kota di Indonesia.
Namun masalahnya adalah setiap ada peningkatan ekonomi, maka penyebaran kasus juga ikut melonjak. Pemerintah boleh melarang mudik, namun tidak mampu mengantisipasi masyarakat yang datang ke Pasar Tanah Abang dan pusat perbelanjaan lainnya.
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan buka suara kerumunan besar pengunjung di Pusat Grosir Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat Sabtu (1/5). Ia mengakui tak menduga bisa terjadi lonjakan pengunjung yang tak biasa dibanding hari-hari sebelumnya.
"Pak Dirut Pasar Jaya melaporkan kemarin bahwa terjadi lonjakan yang luar biasa hari Sabtu kemarin. Hari Jumat dan hari-hari biasa itu paling sekitar 35 ribu, kemarin itu 87 ribu orang yang datang. Jadi memang hari kemarin terjadi lonjakan yang tidak terduga," kata Anies Baswedan
Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Dr. Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan kerumunan seperti itu dapat memicu kasus besar seperti yang terjadi di India saat ini.
"Indonesia punya potensi (sama seperti India). Kalau Pemerintah Indonesia, baik pusat dan daerah, begini terus, tidak meningkatkan tes, kontak tracing, dan tidak memberlakukan vaksinasi kepada seluruh masyarakat, ya ini tinggal masalah waktu. Suatu saat 'bom'-nya bakal meledak. Tapi ya saya tidak berharap tidak separah India, tapi Indonesia punya potensi yang sama," katanya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak seluruh masyarakat untuk tetap menjaga kewaspadaan dalam rangka kesiapsiagaan dalam menghadapi risiko ancaman penularan Covid-19. Hal ini karena ancaman penularan dan penyebaran pandemi Covid-19 masih ada.
"Kita harus tetap benar-benar waspada, tetap tidak boleh lengah, tidak boleh menyepelekan yang namanya Covid-19," kata Jokowi.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bareng Anies, Jokowi Tinjau Vaksinasi di Thamcit & GI