Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus Covid-19 di India belum menunjukkan kabar yang menggembirakan. Bahkan, negara yang dipimpin Narendra Modi ini kembali mencatat rekor dunia dengan jumlah 386.452 orang positif dan hampir 3.500 kematian dalam kurun waktu 24 jam.
Total kasus Covid-19 di negara dengan penduduk terbesar ini sebanyak 18,8 juta kasus. Angka ini mendorong kasus Covid-19 global menjadi 152 juta kasus pada hari ini, menurut Worldometers, Sabtu (1/5/2021).
AFP mengatakan, sebagian besar kasus harian baru disumbang oleh India. Gelombang Covid-19 kedua di India ini telah menyumbang lebih dari 40 persen kasus baru di dunia. Saat ini, pasien Covid-19 di sana masih membanjiri rumah sakit dan krematorium.
India juga gagal memulai program vaksinasi Covid-19 pada masyarakat umum akibat lonjakan kasus mendadak. Sejauh ini, baru pekerja 'garis depan' seperti staf medis, lansia, dan kelompok rentan yang diberikan suntik vaksin AstraZeneca atau Covaxin buatan Bharat Biotech.
Selain itu, lebih dari 40 negara juga telah berkomitmen untuk mengirimkan bantuan medis seperti tabung oksigen, dan alat kesehatan lainnya ke India. AFP juga menyebut hampir satu juta alat tes cepat Covid-19 tiba di New Delhi pada Jumat waktu setempat.
Halaman Selanjutnya >> Varian Ganas Covid-19 India
India kini mencatat lonjakan kasus infeksi Covid-19 paling tajam di dunia. Lonjakan tersebut membebankan fasilitas kesehatan, banyak pasien tidak mendapatkan tempat tidur, oksigen, serta obat-obatan.
Menurut para ilmuwan yang mempelajari lonjakan kasus infeksi Covid-19 ini, varian baru virus corona B.1.617, mungkin menjadi salah satu penyebab munculnya gelombang 'tsunami' Covid-19 di India. Varian ini membuat kasus di India dua kali lipat
Dilansir dari Reuters, ahli virologi senior India Shahid Jameel mengatakan varian B.1.617 mengandung dua mutasi kunci pada bagian luar "lonjakan" virus yang menempel pada sel manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan garis keturunan utama B.1.617 pertama kali diidentifikasi di India Desember lalu, meskipun versi sebelumnya terlihat pada Oktober 2020.
WHO telah mendeskripsikannya sebagai "variant of interest". Ini memberi kesan bahwa ia mungkin memiliki mutasi yang akan membuat virus lebih mudah menular, menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kebal terhadap vaksin.
Strain lain dengan risiko yang diketahui, seperti yang pertama kali terdeteksi di Inggris Raya, Brasil, dan Afrika Selatan, telah dikategorikan sebagai "varian yang menjadi perhatian" karena tingkat ancaman yang lebih tinggi.
Namun hingga saat ini, varian B.1.617 juga masih sulit dikatakan untuk menjadi penyebab utama melonjaknya kasus infeksi di India. WHO mengatakan penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan, seperti studi berbasis laboratorium dengan ukuran sampel terbatas yang dapat menunjukkan potensi peningkatan penularan.
Berbicara soal kekebalan vaksin terhadap varian baru ini, kepala penasihat medis Gedung Putih Anthony Fauci mengatakan awal pekan ini bahwa bukti awal dari penelitian laboratorium menunjukkan Covaxin, vaksin yang dikembangkan di India, tampaknya mampu menetralkan varian tersebut.
Kesehatan Masyarakat Inggris juga mengatakan sedang bekerja dengan mitra internasional, tetapi saat ini belum ada bukti bahwa varian India dan dua varian terkait menyebabkan penyakit yang lebih parah atau membuat vaksin yang saat ini digunakan kurang efektif.