
Kabar Baik atau Buruk Nih? Bos-Bos Mau Terapkan WFH Permanen!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah banyak perkantoran yang berkeinginan permanenkan kerja jarak jauh atau Work Form Home (WFH). Hal ini terungkap dari hasil survey global yang dilakukan oleh PricewaterhouseCoopers (PwC).
Dari kajiannya dalam hal menanggali krisis selanjutnya, banyak perusahaan melakukan transformasi, dari soal ketenagakerjaan, kerja jarak jauh adalah perubahan yang paling umum.
Dari hasil survey yang dilakukan 50% responden dari 2.800 pimpinan perusahaan berbagai industri secara global termasuk Indonesia, ada yang menjadikan kerja jarak jauh sebagai pilihan permanen bagi karyawan mereka. Porsinya lumayan besar dari total responden.
"...Sebanyak 39% responden global yang menetapkan kerja jarak jauh permanen," kata Forensic Advicor PwC Indonesia, Paul van der Aa, dalam keterangan resmi, Jumat (30/4/2021).
Sehingga infrastruktur pendukung serta kapabilitas pengolahan data sangat penting, terutama kerja jarak jauh, karena kerja jarak jauh memenuhi kebutuhan akan cara pengambilan keputusan yang jelas, dan memicu risiko serangan dunia maya. Sebanyak 90% responden Indonesia mengatakan teknologi telah memfasilitasi koordinasi tim tanggap krisis organisasi perusahaan.
Dia menjelaskan menurut responden Indonesia ada lima masalah utama krisis saat ini, pertama pandemi global, gangguan teknologi, kejahatan dunia maya, gangguan persaingan atau pasar, dan keuangan atau likuiditas.
Tapi perusahaan akan beradaptasi dengan meningkatkan investasi mereka dalam membangun ketahanan melalui manajemen krisis, kelangsungan bisnis dan perencanaan darurat.
Terlepas dari hal-hal di atas, kebijakan WFH permanen bagai pisau bermata dua, bagi perusahaan bisa melakukan efisiensi dengan mengurangi biaya sewa. Di sisi lain ada sektor perkantoran, yang bakal kena imbas karena berkurangnya permintaan.
Klaster Perkantoran Lagi 'Meledak'
Sebelumnya kasus baru di DKI Jakarta pada klaster perkantoran memang sedang tinggi. Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta mencatat pada periode 5 - 19 April ada 61 kasus yang berasal dari 98 perusahaan yang melapor di DKI Jakarta. Pada periode 12 - 18 April naik menjadi 100 dari 97 perusahaan yang melaporkan.
Pada 19 - 25 April ada 159 kasus positif di 198 perusahaan yang melapor. Khadik menjelaskan Naik dan turun ini sudah dilakukan beberapa upaya, baik sosialisasi dan pengawasan.
Menurut Kepala Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Khadik Triyanto mengatakan Kenaikan klaster perkantoran disebabkan oleh aktivitas luar kantor seperti buka puasa bersama.
Dari kejadian itu akhirnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menutup 2.114 perusahaan sepanjang 11 Januari - 26 April 2021 kemarin. Selain itu ada 3.703 perusahaan yang disidak terkait penerapan protokol kesehatan.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut Minta Kantor WFH 75%, Pengusaha: Bisnis Jadi Redup Lagi