Kalah Saing sama Malaysia, RI Butuh Investasi Migas Rp2.000 T

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
29 April 2021 09:10
skk migas
Foto: skkmigas.go.id

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tengah mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Demi mengejar target ini dibutuhkan investasi yang super jumbo.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan butuh US$ 187 miliar atau sekitar Rp 2.711 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) untuk mengejar target di tahun 2030 tersebut.

Menurutnya besarnya investasi yang dibutuhkan membuat risiko yang tinggi. Di sisi lain, persaingan antar negara untuk menarik investasi dari raksasa migas dunia kini juga semakin meningkat.

Oleh karena itu, imbuh Dwi, diperlukan sinergi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan agar target ini bisa terwujud.

"Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari semua masyarakat untuk mencapai target produksi migas ini," ungkapnya dalam webinar SKK Migas, Rabu (28/04/2021).

Meski persaingan dalam menarik investasi antar negara sengit, namun sayangnya daya saing industri hulu migas RI saat ini masih rendah.

Berdasarkan data Wood Mackenzie, negara-negara yang punya daya tarik investasi tinggi di sektor hulu migas antara lain Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Norwegia.

Di Asia Tenggara, daya tarik investasi hulu migas di Malaysia bahkan lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Di balik tingginya daya tarik investasi hulu migas di negara-negara tersebut, ternyata ada faktor pemicunya, antara lain kontrak bagi hasil dan insentif yang disediakan negara terhadap kontraktor migasnya.

NEXT: Perbandingan Syarat dan Ketentuan Hulu Migas Sejumlah Negara

Berikut beberapa contoh syarat dan ketentuan (term & condition) kontrak hulu migas di sejumlah negara:


Malaysia:
Meniadakan bonus tanda tangan (signature bonus) dan split (bagi hasil migas) untuk kontraktor dapat mencapai 80%.

Thailand:
Bonus tanda tangan (signature bonus) dapat dinegosiasikan dengan angka minimum US$ 330 ribu. Lalu, partisipasi lokal 5%.

Vietnam:
Bagi hasil (split) kontraktor bisa mencapai 80%.

Timor Leste:
Split kontraktor 60% dan tidak ada signature bonus.

Australia:
Tidak ada signature bonus dan partisipasi lokal.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. mengatakan Indonesia memiliki potensi migas yang sangat besar, terlihat dari adanya 128 cekungan hidrokarbon.

Namun yang baru diproduksi baru sebanyak 20 cekungan, 27 cekungan lainnya sudah ada temuan tapi belum diproduksi, lalu 13 cekungan belum ada temuan, dan 68 cekungan belum di bor eksplorasi sama sekali.

"Potensi besar industri hulu migas perlu investasi besar, tapi resikonya tinggi dan persaingan antar negara meningkat," ujarnya.

Sementara itu, Anggota Dewan Energi Nasional Satya W. Yudha berharap agar investasi di tahun 2021 ini bisa kembali meningkat. Imbas dari pandemi Covid-19 dan anjloknya harga minyak menurutnya memang membuat investasi turun tajam.

"Mudah-mudahan ada tren positif di 2021 ini," ungkapnya.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular