
Kalah Saing sama Malaysia, RI Butuh Investasi Migas Rp2.000 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tengah mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Demi mengejar target ini dibutuhkan investasi yang super jumbo.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan butuh US$ 187 miliar atau sekitar Rp 2.711 triliun (asumsi kurs Rp 14.500 per US$) untuk mengejar target di tahun 2030 tersebut.
Menurutnya besarnya investasi yang dibutuhkan membuat risiko yang tinggi. Di sisi lain, persaingan antar negara untuk menarik investasi dari raksasa migas dunia kini juga semakin meningkat.
Oleh karena itu, imbuh Dwi, diperlukan sinergi dan kolaborasi semua pemangku kepentingan agar target ini bisa terwujud.
"Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari semua masyarakat untuk mencapai target produksi migas ini," ungkapnya dalam webinar SKK Migas, Rabu (28/04/2021).
Meski persaingan dalam menarik investasi antar negara sengit, namun sayangnya daya saing industri hulu migas RI saat ini masih rendah.
Berdasarkan data Wood Mackenzie, negara-negara yang punya daya tarik investasi tinggi di sektor hulu migas antara lain Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Norwegia.
Di Asia Tenggara, daya tarik investasi hulu migas di Malaysia bahkan lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Di balik tingginya daya tarik investasi hulu migas di negara-negara tersebut, ternyata ada faktor pemicunya, antara lain kontrak bagi hasil dan insentif yang disediakan negara terhadap kontraktor migasnya.
NEXT: Perbandingan Syarat dan Ketentuan Hulu Migas Sejumlah Negara