Darah Kembali Tumpah di Myanmar, Perang Saudara Pecah!

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
29 April 2021 05:00
Ilustrasi militer Myanmar. AP/
Foto: Ilustrasi militer Myanmar. AP/

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertempuran meletus di Myanmar, antara junta militer dan pemberontak etnis Selasa (27/4/2021). Melansir Reuters, ini terjadi di kota-kota, daerah pedesaan, pegunungan terpencil di wilayah timur negara itu.

Persatuan Nasional Karen (KNU) menyerang dan menghancurkan pangkalan militer junta di dekat sungai Salween, negara bagian Karen yang berbatasan dengan Thailand. Junta kemudian membalas dengan melancarkan serangan ke utara pangkalan. Ini menjadi bentrokan paling hebat pasca kudeta terjadi 1 Februari 2021.

KNU pasukan pemberontak tertua Myanmar, mengatakan telah merebut kamp militer di tepi barat Sungai Salween. Dilansir dari Reuters, penduduk desa di sisi sungai Thailand mengatakan tembakan keras terjadi sebelum matahari terbit.

Video yang diposting di media sosial juga menunjukkan demikian, api dan asap muncul di lereng bukit hutan di area itu.

Kepala urusan luar negeri KNU, Saw Taw Nee mengatakan pasukannya telah mengambil pos terdepan dari junta sekitar pukul 5 pagi hingga 6 pagi waktu setempat. Ia mengaku kamp militer telah diduduki dan dibakar.

Saw Taw Nee juga mengatakan kelompok itu masih memeriksa kematian dan korban jiwa. Mereka juga tengah melakukan pertempuran di lokasi lain, tetapi tidak memberikan rincian.

Pangkalan militer di perbatasan Thailand sebagian besar telah dikepung oleh pasukan KNU. Penduduk desa yang melakukan kontak dengan militer mengatakan beberapa tentara mengeluh makanan telah menipis di sana dalam beberapa pekan terakhir.

Seorang pejabat Thailand di provinsi Mae Hong Son mengatakan satu orang terluka ringan di Thailand selama pertempuran itu.

Pertemuan ASEAN Tak Ngaruh

Bentrokan ini terjadi ketika junta mengatakan akan mempertimbangkan saran dari ASEAN untuk mengakhiri kekacauan Myanmar pada pertemuan KTT ASEAN di akhir pekan di Indonesia.

KTT ASEAN mengenai Myanmar telah membuahkan beberapa hasil mengenai perdamaian dan menahan diri, kondisi di negara itu masih belum kondusif.

Dikutip media Irrawaddy, saling serang antara milisi etnis dan junta militer terjadi di Mindat di Negara Bagian Chin pada Selasa (27/4/2021) pukul 6 sore. Sebelumnya dalam laporan Reuters, pertempuran telah terjadi sejak Selasa dini hari di sejumlah wilayah timur negeri itu, berbatasan dengan Thailand.

Media lokal itu mengungkap, sebenarnya situasi tenang beberapa beberapa jam menyusul upaya junta untuk mengadakan negosiasi dengan pasukan pertahanan sipil. Namun penembakan terjadi lagi di sore hari.

"Penembakan telah dilanjutkan di kota itu," kata seorang warga Mandat pada Selasa malam.

"Saya baru pulang dari pusat kota. Artinya negosiasi telah gagal. Saya pikir pertempuran akan meningkat malam ini, "katanya.

Kekerasan telah terjadi di Mindat sejak 24 April setelah polisi menolak melepaskan enam pengunjuk rasa anti-rezim. Penduduk mengatakan mereka menggunakan senjata api tradisional untuk membela diri setelah militer menembak terlebih dahulu.

Pasukan junta memberi tahu para pemimpin masyarakat bahwa pasukan mereka harus diizinkan memasuki kota. Sementara penduduk mendesak pembebasan tahanan.

Sedikitnya 16 tentara junta tewas Selasa setelah pejuang perlawanan menyerang bala bantuan dalam perjalanan mereka ke kota pegunungan itu.

Dalam KTT ASEAN akhir pekan lalu di Jakarta, pemimpin ASEAN dan Jenderal Senior junta militer Min Aung Hlaing menyepakati lima poin penting. Salah satunya berisi tuntutan agar militer mengurangi kekerasannya terhadap pendemo. Namun, di lapangan yang terjadi malah sebaliknya, konflik tak terhindari.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Myanmar Membara Lagi, Pro Junta Militer Diserang Granat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular