ADB Turunkan Proyeksi Ekonomi Indonesia! Jadi Berapa Nih?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 April 2021 13:35
A worker walks past inside the Asian Development Bank (ADB) headquarters in Manila June 17, 2009. REUTERS/Cheryl Ravelo/Files
Foto: REUTERS/Cheryl Ravelo

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu lagi lembaga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kali ini giliran Bank Pembangunan Asia (ADB).

Dalam laporan Asian Development Outlook (ADO) 2021, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 adalah 4,5%. Lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Desember 2020 yakni 5,3%.

Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (IMF) juga menurunkan 'ramalan' pertumbuhan ekonom Indonesia 2021 dari 4,8% menjadi 4,3%. Kemudian Bank Indonesia (BI) merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi Tanah Air dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1%.

"Ekonomi Indonesia akan rebound dibandingkan 2020 didorong oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif, peningkatan konsumsi masyarakat, dan pembukaan aktivitas masyarakat secara bertahap seiring vaksinasi anti virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), serta perbaikan permintaan eksternal. Pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan sebesar 4,5% dan naik menjadi 5% pada 2022," sebut laporan ADB yang dirilis Rabu (28/4/2021).

Sementara untuk inflasi, lembaga yang berkantor pusat di Manila (Filipina) memperkirakan ada di 2,4% tahun ini dan 2,8% untuk 2022. Inflasi diperkirakan masih rendah pada semester I-2021 dan selepas itu akan meningkat akibat perbaikan permintaan domestik dan kenaikan harga komoditas.

Namun, ADB menggarisbawahi proyeksi ini masih penuh dengan risiko. Terutama datang dari vaksinasi yang tidak merata dan munculnya virus corona varian baru yang dapat menurunkan permintaan eksternal sehingga mempengaruhi kinerja ekspor.

Selain itu, pemulihan yang cepat di Amerika Serikat (AS) juga mendatangkan risiko. Apabila Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) sampai menaikkan suku bunga acuan karena percepatan laju inflasi di Negeri Paman Sam, maka pasar keuangan domestik bisa terguncang karena arus modal masuk (capital inflow) akan berkurang. Dampaknya bakal terasa di nilai tukar rupiah, cadangan devisa, dan sebagainya.

Sementara dari dalam negeri, ADB memandang ada risiko yang patut diwaspadai. Pertama, kasus Covid-19 bisa melonjak karena peningkatan kontak dan interaksi antar-manusia saat periode Ramadan-Idul Fitri.

Kedua, program vaksinasi bisa terhambat karena pasokan yang mulai seret, kesulitan distribusi, dan keterbatasan tenaga medis. Ketiga, penerimaan negara yang masih lemah bisa mempengaruhi komitmen pembangunan infrastruktur dan stimulus fiskal yang dibutuhkan untuk mendorong perekonomian.

"Posisi utang Indonesia masih stabil dengan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga pada 2021 dan 2022, dengan syarat pemulihan ekonomi terus berlangsung. Akan tetapi, jika terjadi peningkatan kasus Covid-19 dan vaksinasi terhambat, maka akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi sehingga posisi utang yang moderat sekali pun bisa menimbulkan risiko bagi pasar keuangan. Untuk mengatasi hal ini, mobilisasi penerimaan negara menjadi sangat penting," papar laporan ADB.


(aji/aji) Next Article Mau Ekonomi Pulih Cepat Pak Jokowi? Ini Ada Bocorannya Lho

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular