Covid Bisa Dijinakkan Hitungan Bulan, Ekonomi Siap Tancap Gas

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
21 April 2021 15:29
Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena
Foto: Tedros Adhanom. AP/Christophe Ena

Jakarta, CNBC Indonesia - Sekretaris Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pandemi Covid-19 bisa dijinakkan hanya dalam beberapa bulan. Syaratnya, sumber daya yang dibutuhkan terdistribusi secara adil. Semakin cepat pandemi berhenti maka semakin bersemi pula ekonomi. 

Namun sayangnya apa yang disebut oleh bos WHO itu jauh panggang dari api. Kenyatannya sumber daya yang saat ini paling dibutuhkan yaitu vaksin masih dikuasai oleh negara-negara kaya. 

Sampai dengan akhir minggu lalu (16/4/2021), setidaknya ada 841 juta dosis vaksin sudah disuntikkan secara global. Jumlahnya terus meningkat setiap harinya. Namun menurut laporan WHO, sebanyak 87% dari total vaksin yang sudah disuntikkan dilakukan di negara-negara maju. 

Sementara itu negara dengan pendapatan rendah hanya menerima 0,2% dari pasokan vaksin jika mengacu pada keterangan WHO belum lama ini.

Rata-rata 1 dari 4 orang di negara berpenghasilan tinggi telah menerima vaksin virus corona, dibandingkan dengan hanya 1 di lebih dari 500 orang di negara berpenghasilan rendah.

Apabila dicermati, negara yang paling banyak menyuntikkan vaksinnya adalah negara dengan populasi penduduk yang besar. Amerika Serikat (AS), China dan India masing-masing telah menyuntikkan lebih dari 100 juta dosis vaksin.

Ketiga negara tersebut merupakan negara dengan ukuran populasi terbesar di dunia. Jika ditotal maka jumlah populasi ketiganya mencapai 3 miliar orang sendiri. AS dan India juga menyumbang kasus kumulatif Covid-19 secara global.

Keduanya menyumbang lebih dari 35 juta kasus infeksi dari total 142 juta kasus yang terdata oleh John Hopkins University CSSE per hari ini. Belakangan ini kasus infeksi Covid-19 di India semakin merebak dan tak terbendung meskipun vaksinasi terus dijalankan. 

Di peringkat keempat ada Inggris dengan total vaksinasi mencapai 40 juta dosis. Walaupun sudah resmi keluar dari Uni Eropa, tetap Inggris menjadi negara yang paling agresif dalam menyuntikkan vaksin di Benua Biru, barulah disusul Jerman dan Prancis.

Apabila ditotal negara anggota G20 sudah menyuntikkan sekitar 715 juta dosis vaksin atau sekitar 85% dari total dosis yang sudah disuntikkan secara global.

WHO mengatakan bahwa ada kekurangan pasokan vaksin COVAX sebagai aliansi global yang bertujuan untuk menyediakan vaksin virus Corona bagi negara-negara miskin mengalami keterbatasan.

Ini adalah salah satu bentuk nyata ketimpangan dan ketidakadilan. Faktor inilah yang menyebabkan prospek pemulihan ekonomi tidaklah seragam. Bahkan jika melihat contoh kasus India risiko yang besar masih mengintai perekonomian global.

Berkat kampanye vaksinasi yang agresif di negara-negara besar Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini. Setelah terkontraksi kurang lebih 3,3% (yoy) tahun lalu produk domestik bruto (PDB) dunia diramal tumbuh 6% (yoy) tahun 2021.

Ada revisi naik sebesar 0,5 poin persentase dibandingkan dengan outlook awal tahun yang juga dikeluarkan oleh IMF. Lembaga keuangan dunia tersebut mengatakan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di setiap negara tak akan sama. 

Kalau dilihat-lihat, negara yang perekonomiannya sangat tergantung pada sektor jasa terutama pariwisata kemungkinan masih akan tertekan. Sementara itu China yang sepanjang tiga kuartal tahun lalu terus mencatatkan ekspansi, laju ekonominya kian kencang tahun ini. 

IMF memprediksi output perekonomian China bakal tumbuh 8,4% (yoy) tahun 2021. Ini jauh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi China dalam 10 tahun terakhir yang cenderung mandeg 6% per tahun. 

Ekonomi AS diramal tumbuh 6,4% (yoy) atau 1,3 poin persentase lebih tinggi dibanding perkiraan Januari. Ekonomi Zona Euro juga diperkirakan melaju lebih kencang dengan pertumbuhan 4,4% (yoy) atau 0,2 poin persentase lebih tinggi dari ramalan awal tahun. 

IMF meramal PDB Asia tumbuh 7,6% (yoy) tahun ini dipimpin oleh Emerging Asia yang diperkirakan melaju dengan kecepatan 8,6% (yoy) sementara negara-negara maju di Asia hanya tumbuh 4,1% (yoy).

Ketka ASEAN-5 diramal tumbuh 4,9% (yoy), Indonesia hanya mendapatkan angka ramalan 4,3% (yoy). Hanya lebih baik dari Thailand. Dari dalam negeri bank sentral nasional (BI) juga menyunat prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini. 

Akibat konsumsi swasta yang masih terbatas, Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dari 4,3-5,3% menjadi 4,1-5,1% untuk tahun 2021 ini. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular