
Ngenes! Ada Fenomena Mal-Mal Kusam Bertebaran di Jakarta

Jakarta, CNBC Indonesia - Ada fenomena mal-mal di Jakarta di masa pandemi tampak terlihat kusam kurang terawat. Misalnya dua mal di kawasan Jakarta selatan, dan mal di Jakarta Barat yang tak jauh beda kondisinya.
Umumnya fasad atau muka bangunan mal-mal tersebut terlihat lusuh dengan cat dinding luar bangunan, banyak yang sudah ditandai garis-garis hitam sisa-sisa aliran air hujan. Dinding-dinding kaca mal yang biasa mengkilap, kini seolah tak pernah tersentuh perawatan.
Pembatasan sosial setahun terakhir berdampak pada kunjungan dan aktivitas mal sehingga berimbas pada pemasukan bisnis mal. Para tenant yang menunggak sewa, tutup permanen, dan biaya protokol kesehatan yang tak sedikit dikeluarkan oleh pengelola agar tetap bisa operasi. Akhirnya ada biaya perawatan yang harus dikorbankan demi efisiensi.
Fenomena ini diakui oleh Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja. Ia bilang sudah lebih dari satu tahun kondisi Pusat Perbelanjaan Indonesia dalam keadaan terpuruk dan kondisi ini masih akan terus berlangsung dalam beberapa waktu ke depan.
Ia bilang kondisi yang sangat sulit tersebut memaksa Pusat Perbelanjaan harus bertahan, yang salah satu caranya adalah dengan melakukan efisiensi.
"Kemampuan daya tahan setiap Pusat Perbelanjaan masing - masing berbeda satu sama lain. Masing - masing Pusat Perbelanjaan mempunyai strategi yang berbeda - beda dalam melakukan efisiensi agar bisa bertahan selama pandemi ini," kata Alphonzus kepada CNBC Indonesia, Selasa (20/4).
Alphonzus mengakui umumnya pengelola Pusat Perbelanjaan akan mengutamakan pengeluaran biaya pada pekerjaan-pekerjaan yang bersifat safety dan hygiene serta menunda sementara waktu pekerjaan-pekerjaan dengan kategori lainnya. Hal ini akhirya berdampak pada biaya perawatan termasuk menjaga kondisi muka bangunan mal yang membuat kusam.
Mal Masih Belum Normal
Sebelumnya Alphonzus Widjaja pada Maret lalu memang ada kenaikan tingkat kunjungan mal walaupun tidak signifikan saat pergerakan warga di kota besar sudah mulai masif belakangan ini. Kebijakan PPKM mikro memang memungkinkan mal operasi lebih lama untuk daerah yang tak rawan covid-19.
"...Jumlah kunjungan pusat perbelanjaan juga hanya sekitar 20%. Berjalan hingga PPKM mikro periode 3 jumlah positif dapat dikendalikan, tingkat kunjungan lebih baik meskipun masih di bawah 50%," jelas Alphonzus awal Maret lalu.
Ia memprediksi tingkat kunjungan mal baru bisa meningkat pada saat proses vaksinasi selesai atau dimulai pada masyarakat umum di kuartal II atau kuartal III tahun ini. Walaupun tingkat kunjungan ke pusat belanja tidak akan lebih dari 50% dengan okupansi dari peritel hanya 70% - 80%.
"Yang menjadi perhatian, dengan tingkat kunjungan mal yang hanya separuh dari kapasitas mal ini membuat pemilik usaha mal tidak bisa menutup biaya operasional," jelasnya kala itu.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Parah! Toko-Toko di Mal Banyak Ditutup Hordeng, Bangkrut?