Jokowi Mau Ekonomi Tumbuh 7% & Keluar dari Resesi, Bisakah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 April 2021 14:46
Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah arahan kepada para kepala daerah dalam Rapat Koordinasi Kepala Daerah Tahun 2021 yang digelar secara virtual pada Rabu, 14 April 2021. Dok: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah arahan kepada para kepala daerah dalam Rapat Koordinasi Kepala Daerah Tahun 2021 yang digelar secara virtual pada Rabu, 14 April 2021. Dok: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya target yang lumayan ambisius. Kepala Negara ingin agar pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2021 bisa di atas 7%.

"Kita harus bisa meningkatkan, menaikkan (pertumbuhan ekonomi) paling tidak di atas 7% di kuartal kedua. Begitu di kuartal II bisa mencapai angka yang tadi saya sampaikan, kuartal berikutnya akan menjadi lebih mudah," kata Jokowi.

Bagi Indonesia, kerinduan akan pertumbuhan ekonomi positif memang sudah menggebu-gebu. Dalam tiga kuartal terakhir 2020, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mengalami pertumbuhan negatif alias kontraksi.

Padahal kontraksi PDB dua kuartal beruntun saja sudah masuk kategori resesi. Jadi sampai saat ini Indonesia masih terjebak, belum bisa keluar dari 'lumpur' resesi ekonomi.

Pada kuartal I-2021, kemungkinan resesi masih berlanjut. Proyeksi Kementerian Keuangan untuk pertumbuhan ekonomi kuartal I-2021 adalah -0,1% hingga -1%.

"Untuk kuartal I-2021, kami di Kementerian Keuangan memperkirakan dalam kisaran -1% yang terdalam hingga -0,1%. Kita berharap di zona netral, mendekati -0,1%," kata Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, belum lama ini.

Oleh karena itu, wajar jika Jokowi (dan seluruh rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia) begitu mendamba ekonomi bisa tumbuh kembali. Peluang ke arah sana memang terbuka pada kuartal II-2021.

Sebab, kondisi kuartal II-2020 (yang dijadikan pembanding) adalah titik nadir. Kala itu, kontraksi ekonomi Tanah Air mencapai 5,32%, terparah sejak krisis ekonomi 1998.

Jadi kalau ada perbaikan sedikit saja, maka ekonomi pasti tumbuh positif. Dalam dunia statistik, ini disebut low base effect.

Halaman Selanjutnya --> Ekonomi Bisa Tumbuh 7%?

So, kalau tumbuh positif pasti ekonomi Indonesia bakal tumbuh positif pada kuartal II-2021. Sekarang yang jadi soal adalah angkanya. Apakah akan setinggi target Jokowi?

Bisa saja, tetapi tidak akan mudah. Sebab walau ada low base effect, tetapi secara riil kunci dari pertumbuhan ekonomi masih belum kuat: mobilitas. Meski sudah ada perbaikan, tetapi mobilitas masih jauh dari kata normal.

Mengutip data Covid-19 Community Mobility Reports dari Google, rata-rata kunjungan warga Indonesia di pusat perbelanjaan ritel dan lokasi wisata adalah 33,79% di bawah normal. Sementara pada 1-11 April 2021, rata-rata tingkat kunjungan masih 9,55% di bawah normal. Sudah jauh membaik meski belum seperti hari-hari sebelum pandemi.

Sementara rata-rata kunjungan warga di rumah pada kuartal I-2020 adalah 15,44% di atas normal. Pada 1-11 April 2021 sudah turun menjadi 3,64% di atas normal. Artinya, masih ada warga yang memilih untuk #dirumahaja agar tidak tertular virus yang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.

Agar masyarakat merasa aman dan nyaman beraktivitas di luar rumah, kuncinya adalah vaksin. Jika efektif, vaksin akan memberikan kekebalan untuk melawan serangan virus corona.

Indonesia sudah memulai program vaksinasi anti-virus corona pada 13 Januari 2021. Per 12 April 2021, Our World in Data mencatat sudah 5,32 juta warga yang mendapatkan vaksinasi penuh (dua dosis). Indonesia berada di peringkat tujuh dunia.

coronaSumber: Our World in Data

Risiko tertular dan menulari Covid-19 bagi mereka yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh jauh lebih rendah ketimbang orang-orang yang belum diimunisasi. Tingkat efikasi (kemanjuran) vaksin CoronaVac yang dipakai sebagai andalan di Indonesia adalah 65,3%. Artinya, mereka yang sudah mendapatkan dosis penuh vaksin ini 65,3% lebih terlindungi dari serangan virus corona.

Oleh karena itu, mulai muncul wacana agar orang-orang yang sudah divaksin penuh dan mendapatkan sertifikat bisa lebih bebas dalam beraktivitas. Toh risiko mereka untuk tertular lebih kecil sehingga tidak adil jika diperlakukan sama seperti orang yang belum divaksin.

Saat ini sudah ada lebih dari 5 juta orang di Indonesia yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh dan jumlahnya pasti akan terus bertambah. Andai 5 juta orang ini sudah boleh 'diumbar', maka diharapkan bisa mendorong kegiatan ekonomi karena mereka sudah bisa pergi ke luar kota tanpa hambatan, menginap di hotel tanpa harus tes, dan sebagainya.

Belum lama ini, beredar kabar bahwa para menteri ekonomi ASEAN sedang mengusulkan sertifikat vaksin digital bersama. Tujuannya adalah untuk mempercepat pembukaan kembali sektor pariwisata yang terpukul akibat pandemi Covid-19.

Well, mungkin agak kontroversial, tetapi kebijakan ini layak dipertimbangkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Sebab kalau mobilitas masyarakat masih jauh dari kata normal, maka target pertumbuhan ekonomi 7% yang diusung Jokowi akan lebih sulit terwujud.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular