Internasional

Duh! Sri Lanka Setop Impor Minyak Sawit, Batasi Perkebunan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 April 2021 06:14
Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi kelapa sawit. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri kelapa sawit masih menjadi komoditas yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi beberapa negara, termasuk Indonesia. Tetapi hal ini rupanya tidak membuat Sri Lanka terkesan.

Berbeda dengan Indonesia, salah satu negara Asia ini melarang impor minyak sawit dan perkebunan kelapa sawit baru. Bahkan meminta produsen untuk mencabut perkebunan yang ada secara bertahap.

Dilansir dari Reuters, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengatakan keputusan ini diambil untuk membuat negara tersebut bebas dari perkebunan kelapa sawit dan konsumsi minyak sawit.

"Perusahaan dan entitas yang telah melakukan budidaya (kelapa sawit) tersebut akan diwajibkan untuk menghapusnya secara bertahap dengan pencabutan 10% sekaligus dan menggantinya dengan budidaya karet atau tanaman ramah lingkungan setiap tahun," kata Rajapaksa dalam sebuah pernyataan pada dikutip Kamis (8/4/2021).

Sementara para ahli lingkungan mengatakan produksi minyak sawit juga telah menyebabkan deforestasi yang meluas dan kerusakan ekosistem.

Langkah mengejutkan yang diambil Pemerintah Sri Lanka tentu membingungkan industri minyak nabati, sebab negara tersebut merupakan produsen utama minyak kelapa. Bahkan impor minyak sawit dan jumlah perkebunan cukup meningkat dalam beberapa tahun terakhir di sana.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Minyak Sawit, Sri Lanka memiliki sekitar 11.000 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari 1% dari total area yang ditanami teh, karet dan kelapa.

Selain itu, Sri Lanka juga mengimpor sekitar 200.000 ton minyak sawit setiap tahun, terutama dari Indonesia dan Malaysia, perkiraan para pedagang. Industri minyak sawit Sri Lanka telah menginvestasikan 26 miliar rupee Sri Lanka atau sekitar Rp 1,8 triliun (asumsi Rp 72.64/rupee Sri Lanka).


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cerita Negeri Tetangga, Kala Mobil Bekas Jadi 'Emas' Rp 4,4 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular