
Awas Perang di Laut China Selatan, China vs Filipina Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Filipina dan China di Laut China Selatan (LCS) kian memanas. Filipina menuduh China mempromosikan narasi palsu dari klaimnya di perairan yang disengketakan tersebut.
Diketahui hampir 200 kapal China terdeteksi di Whitsun Reef, sebelum menyebar ke daerah lain di LCS, sejak pekan lalu. Beijing mengabaikan tuntutan Manila agar kapal-kapal itu pergi, dengan mengatakan area itu adalah bagian dari teritorinya.
Whitsun Reef berada sekitar 320 kilometer (175 mil laut) sebelah barat Pulau Palawan, Filipiina. Menurut Pengadilan Arbitrase Internasional, ini masuk Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) negeri Presiden Rodrigo Duterte meski hal itu ditolak China.
Dikutip Reuters, penasihat hukum kepresidenan Salvador Panelo mengatakan kehadiran kapal China di ZEE Filipina adalah noda dalam hubungan kedua negara. Ini bisa memicu permusuhan yang tidak diinginkan.
"Kami dapat bernegosiasi tentang masalah yang menjadi perhatian dan keuntungan bersama, tetapi jangan salah tentang itu. Kedaulatan kami tidak dapat dinegosiasikan," kata Panelo dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Senin (5/4/2021).
Pernyataan Panelo adalah yang paling keras datang dari kantor Duterte. Sebelumnya, Duterte sempat lebih melunak dengan China karena janji pinjaman dan investasi.
"Menantang China berisiko memulai perang," katanya saat itu.
Sementara itu, pekan lalu sejumlah menteri dan kementerian juga sudah berulang kalii menebar ancaman ke China. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menuduh Beijing berencana untuk memperluas klaim wilayah di LCS dan masuk ke area perairan Filipina.
Kementerian Luar Negeri Filipina juga mendukung Lorenzana. Kemlu mengulangi seruan agar China menarik semua kapal serata menyebut mereka "milisi maritim" Beijing.
Sementara itu China beralasan kapal penangkap ikan berlindung dari laut yang ganas di lokasi itu. Area yang berjarak 638 mil dari Hainan China itu disebut Beijing sebagai Niu'e Jiao dan diklaim sebagai bagian dari wilayahnya.
"Karena situasi maritim, beberapa kapal penangkap ikan berlindung dari angin dekat Niu'e Jiao, yang cukup normal. Kami berharap pihak terkait dapat melihat ini secara rasional," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying pekan lalu.
Kedutaan Besar China di Manila juga mengkritik komentar Menhan Filipina. Bahkan menyebutnya tidak profesional.
China selama ini sudah mengklaim 90% LCS, yang meliputi area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi), dengan konsep sembilan garis putus-putus (nine-dash line). Di 2016, pengadilan internasional membatalkan klaim China itu tetapi Beijing tidak mengakui keputusan dan menyebutnya palsu.
Klaim teritorial sepihak tersebut tumpang tindih dengan klaim beberapa negara ASEAN dan Taiwan. Selain dengan China, LCS sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Halaman 2>>
