Nih, Satu Lagi Bukti RI Kayaknya Masih Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 April 2021 13:09
Suasana pusat perbelanjaan di ITC Mangga Dua yang sangat sepi pembeli, puluhan toko ditutup karena minimnya jual beli masyarakat ditengah pandemi, Jumat (6/11/2020). Salah satu pemilik toko menyebutkan untuk menyewa toko dalam setahun sebesar Rp. 50juta harga itu diluar tarif listrik dan kebersihan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Suasana pusat perbelanjaan di ITC Mangga Dua yang sangat sepi pembeli, puluhan toko ditutup karena minimnya jual beli masyarakat ditengah pandemi, Jumat (6/11/2020). Salah satu pemilik toko menyebutkan untuk menyewa toko dalam setahun sebesar Rp. 50juta harga itu diluar tarif listrik dan kebersihan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju inflasi Indonesia masih dalam tren melambat. Ini menjadi sinyal bahwa sepertinya resesi belum mau pergi.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, inflasi umum pada Maret 2021 sebesar 0,08% secara bulanan (month-to-month/MtM) dan 1,37% secara tahunan (year-on-year/YoY). Sementara inflasi inti tercatat -0,03% MtM dan 1,21% YoY.

Realisasi ini melambat dibandingkan Februari 2021. Kala itu, inflasi umum adalah 0,1% MtM dan 1,38% YoY. Sedangkan inflasi inti 0,11% MtM dan 1,53% YoY.

Sejak Januari, laju inflasi terlihat semakin melambat. Bahkan inflasi inti secara YoY berada di posisi terendah sejak BPS mulai melaporkannya pada 2004.

Inflasi inti menjelaskan semua, sebab data ini menggambarkan kekuatan daya beli. Inflasi inti adalah 'keranjang' yang menampung harga barang dan jasa yang persisten, bandel, tidak gampang naik-turun.

Jadi kalau harga yang bandel saja sampai turun, artinya dunia usaha sudah agak 'desperate'. Harga harus diturunkan, kalau tidak maka terancam tidak laku.

Halaman Selanjutnya --> Konsumsi adalah Kunci

Inflasi menjadi indikator yang patut dipantau karena mencerminkan kekuatan konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB). Jika konsumsi rumah tangga masih lesu, maka niscaya PDB secara keseluruhan juga begitu.

growthSumber: BPS

Perlambatan laju inflasi yang mencerminkan kelesuan daya beli semakin memberi konfirmasi bahwa ekonomi Tanah Air belum pulih. Data ini menegaskan bahwa sepertinya Indonesia masih terjebak di 'lumpur' resesi.

Kementerian Keuangan memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal I-2021 tumbuh di kisaran -0,1% hingga -1%. Jika ini terwujud, maka pertumbuhan negatf alias kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan terjadi dalam empat kuartal beruntun. Padahal definisi resesi adalah kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut.

Pelaku pasar juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi negatif masih akan terjadi pada tiga bulan pertama 2021. Salah satunya adalah Mirae Asset. Dalam risetnya, Mirae Asset memperkirakan PDB Indonesia pada kuartal I-2021 tumbuh 1,5% YoY.

"Di sisi suplai, pelaku usaha menyambut positif kehadiran vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Ini membuat aktivitas manufaktur terus membaik," tulis Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

Sebagai informasi, IHS Markit melaporkan aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dalam Purchasing Managers' Index (PMI) berada di 53,2 pada Maret 2021. Naik cukup tajam dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,9 sekaligus menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah pencatatan PMI oleh IHS Markit yaitu sejak April 2011.

Walau dunia usaha bergairah, tetapi konsumen sepertinya masih lemas. Buktinya ya inflasi yang terus melambat itu.

"Sayang sekali permintaan masih lemah, dan kami memperkirakan tren ini masih berlanjut pada kuartal I-2021," lanjut Kevin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Ekonomi RI Masih Lesu di Awal 2021, Ini Buktinya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular